Thursday 3 November 2016

Makalah Aqidah Akhlak, Akhlak Kepada Guru/Dosen



BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Akhlak merupakan sesuatu yang sangat penting bagi umat Islam, karena diutusnya Rasulullah saw di muka bumi ini tidak lain adalah untuk menyempurnakan umatnya, dan salah satu akhlak yang terbaik adalah akhlak Rasulullah, karena Al Qur’an adalah salah satu cerminan akhlak Rasulullah saw. Jadi kita sebagai umat Islam sangat dianjurkan untuk berakhlak sesuai apa yang di contohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat serta generasi penerusnya, berdasarkan pemahaman yang lurus/ benar. Baik di lingkungna masyarakat, keluarga, dan kampus. Mengingat dewasa ini telah terjadi degradasi/menurunnya moral umat manusia yang sepertinya tidak enggan lagi melakukan perbuatan/ perilaku dan penampilan yang tidak mencerminkan akhlak terpuji, khususnya akhlak di kampus. Oleh sebab itu, diperlukan pemahaman-pemahaman akhlak di kampus menurut agama, etika, dan budaya yang bertujuan untuk membentengi atau langkah pencegahan mahasiswa/ mahasiswi Islam agar tidak melakukan perbuatan-perbuatan  atau penampilan yang tidak mencerminkan akhlakul karimah.

B.            Rumusan Masalah
1.      Bagaimana akhlak kepada guru atau dosen menurut Agama ?
2.      Bagaimana akhlak kepada guru atau dosen menurut etika ?

C.           Tujuan Makalah
Tujuan penulisan makalah ini adalah, untuk memenuhi tugas Aqidah Akhlak, selain itu juga untuk menambah wawasan penulis serta pembaca lebih mendalam lagi tentang bagaimana akhlak kepada guru atau dosen menurut agama dan etika.
BAB II
PEMBAHASAN
A.           Pengertian Akhlak
Secara etimologi kata akhlak berasal dari bahasa Arab Akhlaq(اَخْلَقْ) atau Khuluq (خُلُق). Kata Khuluq mempunyai bermacam-macam arti, tergantung pada mashdar yang digunakan. Dalam bahasan kali ini diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabi’at. Oleh karena itu, Al khuluq itu sifatnya diciptakan oleh si pelaku itu sendiri, dan ini bisa bernilai baik (ahsan) dan buruk (qabih) tergantung pada sifat perbuatan itu. Kemudian Al Khuluq itu bisa dianggap baik dengan syarat memenuhi aturan-aturan agama. Sifat Al Khuluq itu tidak hanya mengacu pada pola hubungan kepada Allah, namun juga mengacu pada pola hubungan dengan sesama manusia serta makhluk lainnya.
Sedangkan pengertian akhlak secara terminologi (istilah) adalah suatu sifat yag tertanam dalam jiwa yang dari padanya tergantung perbuatan-perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Ahlak merupakan manifestasi iman, Islam, dan Ihsan yag merupakan refleksi sifat dan jiwa secara spontan yang terpola pada diri seseorang sehingga dapat melahirkan perilaku secara konsisten dan tidak tergantung pada pertimbangan berdasar interes tertentu.

B.            Akhlak Kepada Guru atau dosen Menurut Agama
Guru adalah orang tua kedua, yaitu orang yang mendidik murid-muridnya untuk menjadi lebih baik sebagaimana yang diridhoi Alloh ‘azza wa jalla. Sebagaimana wajib hukumnya mematuhi kedua orang tua, maka wajib pula mematuhi perintah para guru selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan syari’at agama.
Di antara akhlaq kepada guru yaitu :
Ø Memuliakan, tidak menghina atau mencaci-maki guru, sebagaimana sabda Rosululloh saw :
·         لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يُوَقِّرْ كَبِيرَنَا وَ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا
“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan orang yang lebih tua dan tidak menyayangi orang yang lebih muda.” ( HSR. Ahmad dan At-Tirmidzi )
Ø Datang ke tempat belajar dengan ikhlas dan penuh semangat, sebagaimana sabda Rosululloh saw :
·         مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu padanya, Alloh mudahkan baginya dengannya jalan menuju syurga.” ( HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah )
Ø Datang ke tempat belajar dengan penampilan yang rapi, sebagaimana sabda Rosululloh saw :
·         إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ
“Sesungguhnya Alloh itu indah dan suka kepada keindahan.”( HR. Ahmad, Muslim dan Al-Hakim )
Ø Diam memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan, sebagaimana hadits Abu Sa’id Al-Khudri ra :
·         وَ سَكَتَ النَّاسُ كَأَنَّ عَلَى رُءُوسِهِمْ الطَّيْرَ
“Orang-orang pun diam seakan-akan ada burung di atas kepala mereka.” ( HR. Al-Bukhori )
Ø Bertanya kepada guru bila ada sesuatu yang belum dia mengerti dengan cara baik. Alloh berfirman :
·         فَاسْأَلُوْا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ
“Bertanyalah kepada ahli dzikr ( yakni para ulama ) bila kamu tidak tahu.”( Qs. An-Nahl : 43 dan Al-Anbiya’ : 7 )
Rosululloh saw bersabda :
·         أَلاَ سَأَلُوْا إِذْ لَمْ يَعْلَمُوا فَإِنَّمَا شِفَاءُ الْعِيِّ السُّؤَالُ
“Mengapa mereka tidak bertanya ketika tidak tahu ? Bukankah obat dari ketidaktahuan adalah bertanya ?” ( HSR. Abu Dawud )
Ø Dan menghindari pertanyaan-pertanyaan yang tidak ada faedahnya, sekedar mengolok-olok atau yang dilatarbelakangi oleh niat yang buruk, oleh karena itu Alloh berfirman :
·         يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا لاَ تَسْأَلُوْا عَنْ أَشْيَاءَ إِنْ تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menanyakan sesuatu yang bila dijawab niscaya akan menyusahkan kalian.” ( Qs. Al-Maidah : 101 )
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :
·         إِنَّ أَعْظَمَ الْمُسْلِمِيْنَ جُرْمًا مَنْ سَأَلَ عَنْ شَيْءٍ لَمْ يُحَرَّمْ فَحُرِّمَ مِنْ أَجْلِ مَسْأَلَتِهِ
“Sesungguhnya orang muslim yang paling besar dosanya adalah orang yang bertanya tentang sesuatu yang tidak diharamkan, lantas menjadi diharamkan lantaran pertanyaannya itu.” ( HR. Ahmad, Al-Bukhori dan Muslim )
Ø Ketika bertanya mestinya dilakukan dengan cara dan bahasa yang bagus.
Berkata Imam Maimun bin Mihron : “Pertanyaan yang bagus menunjukkan separuh dari kefahaman.” ( AR. Al-Khothib Al-Baghdadi dalam Al-Jami’ )
Ø Menegur guru bila melakukan kesalahan dengan cara yang penuh hormat, sebagaimana sabda Rosululloh :
·         الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ , قُلْنَا : لِمَنْ ؟ قَالَ لِلَّهِ وَ لِكِتَابِهِ وَ لِرَسُولِهِ وَ لأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَ عَامَّتِهِمْ
“Agama adalah nasihat.” Kami ( Shahabat ) bertanya : “Untuk siapa ?” Beliau menjawab : “Untuk menta’ati Alloh, melaksanakan Kitab-Nya, mengikuti Rosul-Nya untuk para pemimpin kaum muslimin dan untuk orang-orang umum.” ( HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi dll )


Ingatlah,bahwasannya guru ketika mendidik kamu sangat sulit diantaranya : Mendidik akhlak kalian, mengajarkan ilmu yang bermanfaat dan memberikan nasihat yang baik, kesemuanya itu agar kamu bahagia seperti orang tua membahagiakan anaknya dan mengharapkan masa depan kalian berpendidikan.
Kemudian apabila kamu ingin menyenangkan guru kamu maka tetapkanlah kewajibanmu diantaranya :
1.      Untuk hadir setiap hari dan jangan sampai terlambat kecuali ada alasan yang membenarkan
2.      Dahulukan masuk ke kelas.
3.      Faham dalam segala pelajaran.
4.      Menghafalkan dan menela’ah atau mempelajari kembali  pelajaran.
5.      Menjaga kebersihan di buku kalian dan diperalatan sekolah kalian.
6.      Patuh terhadap perintah guru.
7.      Jangan sampai marah ketika gurumu mendidik kalian karena mendidik kamu suatu kewajiban dan hendaklah bersyukur dan tidak sombong.
8.      Mendo’akannya.

C.           Akhlak Kepada Guru atau Dosen Menurut Etika
Murid adalah orang yang sedang belajar dan menuntut ilmu kepada seorang guru. Demi untuk keberkahan dan kemudahan dalam meraih dan mengamalkan ilmu atau pengetahuan yang telah diperoleh dari seorang guru, maka seorang murid haruslah memiliki akhlak atau etika yang benar terhadap gurunya.
Beberapa contoh etika murid terhadap guru (Mu’allim), diantaranya adalah sebagai berikut :
1.      Seorang murid hendaklah hormat kepada guru, mengikuti pendapat dan petunjuknya.
2.      Seorang murid hendaklah memberi salam terlebih dahulu kepada guru apabila menghadap atau berjumpa dengan beliau.
3.      Seorang murid hendaklah memandang gurunya dengan keagungan dan meyakini bahwa gurunya itu memiliki derajat kesempurnaan, sebab hal itu lebih memudahkan untuk mengambil manfaat dari beliau.
4.      Seorang murid hendaklah mengetahui dan memahami hak-hak yang harus diberikan gurunya dan tidak melupakan jasanya.
5.      Seorang murid hendaklah bersikap sabar jika menghadapi seorang guru yang memiliki perangai kasar dan keras.
6.      Seorang murid hendaklah duduk dengan sopan di hadapan gurunya, tenang, merendahkan diri, hormat sambil mendengarkan, memperhatikan, dan menerima apa yang disampaikan oleh gurunya. Jangan duduk sambil menengok kanan kiri kecuali untuk suatu kepentingan.
7.      Seorang murid hendaklah ketika mengadap gurunya dalam keadaan sempurna dengan badan dan pakaian yang bersih.
8.      Seorang murid hendaklah jangan banyak bicara di depan guru ataupun membicarakan hal-hal yang tidak berguna.
9.      Seorang murid hendaklah jangan bertanya dengan tujuan untuk mengujinya dan menampakkan kepandaian kepada guru.
10.  Seorang murid hendaklah jangan bersenda gurau di hadapan guru
11.  Seorang murid hendaknya tidak banyak bertanya, apalagi jika pertanyaan itu tidak berguna.
12.  Seorang murid hendaklah tidak bertanya suatu persoalan kepada guru ketika sedang di tengah jalan.
13.  Seorang murid hendaklah tidak menghentikan langkah guru di tengah jalan untuk hal-hal yang tidak berguna.
14.  Seorang murid hendaklah tidak  mendahului jalannya ketika sedang berjalan bersama.
15.  Ketika guru sedang memberi penjelasan/ berbicara hendaklah murid tidak memotong pembicaraannya. Kalaupun ingin menyanggah pendapat beliau maka sebaiknya menunggu hingga beliau selesai berbicara dan hendaknya setiap memberikan sanggahan atau tanggapan disampaikan dengan sopan dan dalam bahasa yang baik.
16.  Apabila ingin menghadap atau bertemu untuk sesuatu hal maka sebaiknya murid memberi konfirmasi terlebih dahulu kepada guru dengan menelphon atau mengirim pesan, untuk memastikan kesanggupannya dan agar guru tidak merasa terganggu.
17.  Murid haruslah berkata jujur apabila guru menanyakan suatu hal kepadanya.
18.  Seorang murid hendaklah menyempatkan diri untuk bersilaturahim ke rumah guru di waktu-waktu tertentu, sebagai bentuk rasa saying kita terhadap beliau.
19.  Meskipun sudah tidak dibimbing lagi oleh beliau ( karena sudah lulus) murid hendaklah tetap selalu mengingat jasanya dan tetap terus mendoakan kebaikan –kebaikan atas mereka.
20.  Jangan sekali-kali berprasangka jelek terhadap guru mengenai tindakannya yang kelihatan mungkar menurut pandangan murid atau mahasiswa. Sebab guru atau dosen lebih mengetahui rahasia-rahasia yang terkandung dalam tindakannya tersebut. Jika murid atau mahasiswa mengetahui hal yang seperti itu, lebih baik mengingatkannya dengan jalan seperti yang telah ditempuh oleh Nabi Musa a.s. sewaktu mengingatkan Nabi Khidhr, yaitu sebagaimana yang tersebut dalam Q.S. Al-Kahfi : 71, yang berbunyi:
Artinya: Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhr melobanginya. Musa berkata: ‘Mengapa kamu melobangi perahu itu akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?’ Sesungguhnya kamu Telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar.”

Bagaimanapun juga guru merupakan orang tua kedua kita setelah orang tua kita yang di rumah. Mereka adalah orang tua kita saat kita berada di luar rumah. Jadi sebagaimana kita menghormati orang tua kandung kita, maka kitapun juga harus menghormati guru kita.
Sebagaimana disyiratkan dalam sabda Rasulullah SAW :
“Tidak termasuk umatku orang yang tidak menghormati orang yang lebih tua dari kami, tidak mengasihi orang yang lebih kecil dari kami dan tidak mengetahui hak orang alim dari kami.” (HR.Ahmad, Thabrani, dan Hakim dari Ubadah bin Shamit Ra.)
“Pelajarilah oleh kalian ilmu, pelajarilah oleh kalian ilmu(yang dapat menumbuhkan) ketenangan, kehormatan, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang yang kalian menuntut ilmu darinya.” (HR. Thabrani dari Abu Hurairah. Ra)

1.    Kedudukan Guru
“Bapak Guru lebih mulia dari bapak kandung“. Sebab, Ibu Bapak itu mendewasakan dari segi jasmani yang bersifat material, sedangkan Bapak/Ibu Guru mendewasakan dari segi rohani yang bersifat spiritual dan universal.
Para Guru, Ustadz, Ustadzah, atau Mua’lim, Mursyid, selain mengantarkan kita menjadi orang yang beramal sholih, mereka termasuk pewaris Nabi-Nabi, justru merekalah penyalur pusaka dalam menjalankansyari’at, akhlak, aqidah, dan mereka pula contoh yang terdekat dengan kita. Berkaitan dengan hal tersebut, Nabi bersabda :
Ulama adalah penerima pusaka Nabi-Nabi. (HR. al-Tirmizi dan Abu Daud).
Sehubungan dengan hadist tersebut, maka kita diperintahkan untuk menghormati para Ulama, meski bukan Guru kita. Begitupula dengan para Da’I dan Muballigh selaku penyalur risalah kenabian, yang kini disebut Da’wah atau Kulyah Agama. Adapun Ulama yang sebenarnya adalah yang berilmu, dan beramal dengan ilmunya itu, serta ilmudan amalanya tersebut sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist.

2.    Kedudukan Murid
Sabda Nabi Muhammad SAW  :
Perhatikanlah perkataan orang yang wajib ditaati antara Ulil Amri kamu dan taatilah perintah mereka meski yang menjadi Ulil Amri itu seorang budak sahaya asal Habsyi. (HR. Bukhori)
Ulil Amri itu adalah kepala pimpinan urusan, termasuk Guru, suami, Pemerintah.
Guru termasuk ulil amri karena mereka adalah pengganti ibu bapak yang mengasuh kita dalam pengajaran dan pendidikan yang sangat menentukan garis-garis kehidupan kita yang akan datang. Nabi SAW. bersabda, yang artinya:
“barangsiapa menghormati guru berarti ia menghormati Tuhannya.” (HR. Abu al-Hasan al-Mawardi).
Sebab, Tuhan menyampaikan ilmu kepada manusia lewat Nabi dan Rasul yang kemudian digantikan oleh ulama; dan guru. Dalam kitab Ta’lim al-Muta’alim disebutkan sebagai berikut: “para pelajar tidak akan mendapat ilmu yang bermanfaat, bila tidak menghormati ilmu dan memuliakan gurunya.”

3.    Hak Murid dan Guru
Dalam agama kita bukan hanya murid saja yang diperintahkan untuk menghormati Gurunya, tetapi guru juga diharuskan menghargai sang murid, baik itu pendapatnya maupun pribadinya, karena Nabi SAW bersabda yang artinya :
“Hargailah orang-orang yang kamu ajar. (HR. Abul Hasan al-Mawardi)
Maksud hadist ini adalah agar sang murid memperoleh perlakuan yang baik, wajar dari guru/ ustadz secara adil dan mengandung pendidikan tanpa pandang bulu, atau memendang siapa orang tuanya, anak siapa dia, golongan apa orang tuanya, ada hubungan apa dengannya suku atau bangsa mana dia.
Guru adalah teladan bagi murid-muridnya, sehingga apabila sekalipun bersifat acuh tak acuh, bersikap angkuh, dan sinis atau cengis, sungguh itu akan melahirkan sifat dendam dan kebencian yang terpendam dijiwa murid-muridnya.
Syarat pertama kesuksesan guru mendidik anak muridnya ialah menanamkan kepercayaan dan rasa cinta  serta simpatiknya, maka sekali-kali jangan mengharap remeh terhadap murid.

4.    Murka Terhadap Guru
Dalam sebuah hadist riwayat al-Baihaqi Nabi SAW bersabda :
 “Siapa yang merendahkan gurunya, akan ditimpakan Allah kepada-Nya tiga bala : 1. Sempit rezekinya; 2. Hilang manfaat ilmunya; 3. Keluar dari dunia ini tanpa iman (wafat).
Dari hadist ini, kita dilarang meringan ringankan  guru, apalagi menghina, mencela atau menyakiti, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Walaupun guru sekarang berputar jadi murid kita, sebab walau bagaimanapun ‘Alimnya atau pandainya kita sekarang, namun Guru juga sebagai ayah dari sebagaian ‘Ilmu kita. Sebab, gurulah pada waktu silam yang membekali dan menuntun kita saat kita masih buta dengan ilmu pengetahuan, mereka orang pertama yang mengajari kita dalam mengatur cara berfikir, berpakaian dan lain-lain. Oleh karena itu, celakahlah orang yang tidak menginsyafi budi baik gurunya dan lupa pada jasa-jasa mereka dari kecil hingga kita dewasa. Bahkan dari dunia hingga keakhirat kelak.



BAB III
PENUTUP
A.           Kesimpulan
Guru adalah orang tua kedua, yaitu orang yang mendidik murid-muridnya untuk menjadi lebih baik sebagaimana yang diridhoi Alloh ‘azza wa jalla. Sebagaimana wajib hukumnya mematuhi kedua orang tua, maka wajib pula mematuhi perintah para guru selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan syari’at agama.
Di antara akhlaq kepada guru yaitu :
Ø Memuliakan, tidak menghina atau mencaci-maki guru.
Ø Datang ke tempat belajar dengan ikhlas dan penuh semangat.
Ø Datang ke tempat belajar dengan penampilan yang rapi
Ø Diam memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan.
Ø Bertanya kepada guru bila ada sesuatu yang belum dia mengerti dengan cara baik.
Ø Dan menghindari pertanyaan-pertanyaan yang tidak ada faedahnya, sekedar mengolok-olok atau yang dilatarbelakangi oleh niat yang buruk.

Beberapa contoh etika murid terhadap guru (Mu’allim), diantaranya adalah sebagai berikut :
v Seorang murid hendaklah hormat kepada guru, mengikuti pendapat dan petunjuknya.
v Seorang murid hendaklah memberi salam terlebih dahulu kepada guru apabila menghadap atau berjumpa dengan beliau.
v Seorang murid hendaklah memandang gurunya dengan keagungan dan meyakini bahwa gurunya itu memiliki derajat kesempurnaan, sebab hal itu lebih memudahkan untuk mengambil manfaat dari beliau.
v Seorang murid hendaklah mengetahui dan memahami hak-hak yang harus diberikan gurunya dan tidak melupakan jasanya.
v Seorang murid hendaklah bersikap sabar jika menghadapi seorang guru yang memiliki perangai kasar dan keras.
Para Guru, Ustadz, Ustadzah, atau Mua’lim, Mursyid, selain mengantarkan kita menjadi orang yang beramal sholih, mereka termasuk pewaris Nabi-Nabi, justru merekalah penyalur pusaka dalam menjalankansyari’at, akhlak, aqidah, dan mereka pula contoh yang terdekat dengan kita. Berkaitan dengan hal tersebut, Nabi bersabda :
Dalam agama kita bukan hanya murid saja yang diperintahkan untuk menghormati Gurunya, tetapi guru juga diharuskan menghargai sang murid, baik itu pendapatnya maupun pribadinya.
Syarat pertama kesuksesan guru mendidik anak muridnya ialah menanamkan kepercayaan dan rasa cinta  serta simpatiknya, maka sekali-kali jangan mengharap remeh terhadap murid

B.            Saran
Bagaimanapun juga guru merupakan orang tua kedua kita setelah orang tua kita yang di rumah. Mereka adalah orang tua kita saat kita berada di luar rumah. Jadi sebagaimana kita menghormati orang tua kandung kita, maka kitapun juga harus menghormati guru kita. Menghargai mereka dan tidak melupakan jasa-jasa yang mereka berikan kepada kita.







DAFTAR PUSTAKA
Abarokah, Nazzahao. “Akhlak terhadap orang tua dan guru”, Blog Nazzahao Abaroka. Nazzhao Abarokah http://abarokah51.blogspot.co.id/2012/11/ akhlak-terhadap-orang-tua-dan-guru_439.html (1 November 2012).
“Adab Seorang Murid Terhadap Guru”. http://cahmanistenan.blogspot .co.id/2012/04/adab-seorang-murid-terhadap-guru.html (April 2012).

No comments:

Post a Comment