Friday 15 May 2015

makalah "berkompetisi dalam kebaikan" kelas XI IA 3


MAKALAH
Al-Qur'an -Hadits


“BERKOMPETISI DALAM KEBAIKAN”


DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2 
 
    Ahmad Toha
  
Ike Lulu

   Faisal Rumlus

   Rosdiana

   Siti Fatmala

   Zulfitra

 

            

Madrasah Aliyah Negeri Model Sorong

Tahun Ajaran 2012-2013



 

KATA PENGANTAR

 

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karuniaNYa kami dapat menyelesaikan makalah tentang Berkompetisi Dalam Kebaikan. Penulisan makalah tentang Berkompetisi Dalam Kebaikan ini bertujuan tidak lain adalah untuk memenuhi tugas Al-Qur’an hadits.

Kesulitan yang kami hadapi dalam membuat makalah ini adalah kurangnya sumber informasi. Namun, kesalahan adanya memang di manusia dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata.

Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada segenap kalangan yang telah membantu kami dalam penulisan makalah ini, mengimgat segala keterbatasan dan kekurangan yang  kami miliki.

 

Sorong, Februari 2013

 

                         Tim Penulis

 

 

 

 

 

 

 

BAB I

PEMBAHASAN

*               Berkompetisi Dalam Kebaikan
 
        Berkompetisi artinya berlomba-lomba dalam mencapai suatu tujuan. Orang berlomba dan selalu berusaha untuk berada pada posisi yang paling depan, baik dalam hal yang kongkrit maupun dalam hal yang tidak kongkrit.

 

Hidup adalah kompetisi. Bukan hanya untuk menjadi yang terbaik tapi juga kompetisi untuk meraih cita-cita yang diinginkan. Namun sayang banyak orang terjebak pada kompetisi semu yang hanya memperturutkan syahwat hawa nafsu duniawi dan jauh dari suasana robbani. Kompetisi harta-kekayaan, kompetisi usaha-pekerjaan, kompetisi jabatan-kedudukan dan kompetisi lainnya.yang semuanya bak fatamorgana. Indah menggoda tapi sesungguhnya tiada. Itulah kompetisi yang menipu. Bahkan yang sangat memilukan tak jarang dalam kompetisi selalu diiringi “suudzhon” buruk sangka bukan hanya kepada manusia tapi juga kepada Allah swt. Yang lebih merugi lagi jika rasa iri dan riya ikut bermain.


        Lalu bagaimanakah selayaknya kompetisi bagi orang-orang yang beriman? Allah swt telah memberikan pengarahan bahkan penekanan kepada orang-orang beriman untuk berkompetisi dalam kebaikan sebagaimana firmanNya: “....Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berkompetisilah berbuat kebajikan...” (QS. 5:48). Selalu berkompetisi, itulah sejatinya seorang mukmin karena dengan kompetisi itu seseorang mukmin :

 

a.        Berkesempatan untuk menjadi hamba yang dimuliakan Allah swt. “...Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu...” (QS.49:13).

b.       Berpeluang juga menjadi hamba yang paling terbaik seperti diungkapkan Allah dalam surat Al-Mulk: Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (QS.67:2).

c.         Berpeluang menjadi hamba yang paling bermanfaat. “Sebaik-baik kamu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain (Al-Hadits)

d.       Berpeluang untuk menjadi orang yang paling dicintai Allah. “....Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan”(QS.2:195)



        Untuk berkompetisi dalam kebaikan, Allah swt telah menyediakan lintasan dengan berbagai sarananya baik sarana habluminallah maupun sarana habluminannas. Dan sebaik-baik lintasan adalah lintasan ramadhan karena memang ramadhan itu adalah bulan kompetisi yang di dalamnya terkumpul sarana habluminallah seperti puasa, shalat, tilawah, i’tikaf dan lainnya dengan segala keistimewaannya dan sarana habluminannas seperti zakat, infak, bersilaturrahim, memberi makan berbuka, saling memaafkan dan lainnya pula dengan segala keutamaanya. Semua sarana tersebut merupakan kesempatan yang Allah berikan kepada orang-orang mukmin untuk berkompetisi siapa yang terbaik. Berkompetisi yang sesungguhya. Siapa yang sholeh kepada Allah dan siapa yang sholeh kepada manusia?! Semua orang mukmin punya peluang yang sama karena siapapun yang terbaik Allah swt akan memakaikan kepadanya mahkota kemuliaan, mahkota kemenangan, mahkota kefitrahan dan mahkota ketaqwaan.
Abu bakar As Siddiq dan Umar bin Khatab telah mengajarkan kepada kita bagaimana berkompetisi dalam kebaikan. Ketika rasulullah mengumumkan kepada kaum muslimin untuk berinfak, Abu Bakar As Shiddiq bersegera menginfakkan seluruh harta kekayaan yang dimilikinya dan Umar bin Khattab menginfakkan setengah dari harta yang dimilikinya.


 

*               Q.S AL-BAQARAH :148

وَلِكُلٍّ وِجْحَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا  فَا سْتَبِقُوْا الْخَيْرَاتِ  أَيْنَ مَا تَكُو نُوْاْ يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيْعًا  إِنَّ اللَّهَ عَلىَ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ  (148)


 

Artinya :

Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan dimana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Q.S Al-baqarah :148)

 

a.                  Penjelasan

Setelah Allah menjelaskan Hujjah kepada kaum ahli kitab, kemudian Allah menjelaskan bahwa sebenarnya mereka mengetahui Nabi Muhammad SAW itu benar-benar Nabi. Mereka mengetahui keNabian Muhammad sseperti halnya mereka mengetahui tentang anak-anak mereka. Keingkaran mereka terhadap perpindahan kiblat merupakan bentuk dan sikap takabur dan kekafiran mereka. Mereka sangat sadar, jika mengimani keNabian Muhammad, maka jelas apa yang dilakukan Nabi adalah wahyu hingga kaum mereka akan tunduk kepada Nabi Muhammad. Dan hal inilah yang tidak pernah mereka sukai.

Secara global ayat ini dapat dipahami sebagai dorongan kepada umat Islam untuk selalu berlomba-lomba dalam kebaikan. Tentunya untuk melihat sebuah perbuatan tersebut baik atau tidak, harus merujuk sesuai dengan aturan Allah SWT yaitu al-Quran dan hadits yang shahih.

Pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa setiap umat / pemeluk suatu agam mempunyai kiblat masing-masing. Mereka menghadap kearah kiblat tersebut ketika melakukan ibadah. Kewajiban umat, adalah melaksanakan apa yang diperintahkan melalui wahyu, sekalipun tidak disebutkan hikmah yang terkandung di dalam perintah menghadap kiblat itu. Tetapi Allah akan tetap memberi pahala kepada setiap orang yang mengerjakan amal baik. Dan kaum Muslimin mempunyai kiblat yang ditetapkan lengsung oleh Allah yaitu ka’bah.

 

Tafsir Kata ,,Fastabiqul Khairat” adalah bergegaslah kalian untuk melakukan berbagai kebaikan, dan berusahalah sekuat tenaga agar setiap orang diantara kalian berlomba mencapai kebaikan. Dalam hal ini kalian harus mengikuti orang yang memberi petunjuk. Dan jangan sekali-kali mengikuti perintah sombong yang selalu mengikutkan hawa nafsu dan mengesampingkan kebenaran. Jika kalian mengikuti petunjuk orang-orang yang tersebut terakhir ini, berarti kalian telah melibatkan diri pada perlombaan dalam bidang kejahatan, kejelekan dan kesesatan. Sebab Allah telah menegaskan dalam firman-nya :

فَمَا ذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلاَّ اضّلَلُ

Artinya : “..... maka tidak ada sesudah kebenaran itu melainkan kesesatan....”

Pada kelanjutan ayat berikut “Aina maa takuunuu yakti bikumullahu jamii’aan” ditegaskan, bahwa dimanapun kalian berada, Allah akan mencabut kalian, dan mengumpulkan kalian semua untuk diperhitungkan seluruh perbuatan yang tyelah kalian kerjakan. Karenanya, demi kemaslahatan kalian, wajib kalian berlomba untuk mencari kebaikan. Adapun masalah Negara dan tempat dimana kalian berada, sama sekali tidak mengait urusan agama. Pendeknya harus berbnuat baik.

Dalam masalah ini Allah telah menjanjikan kepada orang-orang taat, dengan pahala, dan mengancam orang-orang yang berbuat maksiat dengan siksaan.

Kemudian di akhir ayat ini, Allah tegaskan, bahwa bagi Allah adalah sangat mudah mengumpulkasn kalian besok dihari pembalasan, sekalipun letak kalian sangat berjauhan, seluruh hamba Allah akan dikumpulkan menjadi satu dalam waktu yang sangat singkat.

Perintah untuk berlomba dalam berbuat baik, pengertiannya masih berlaku global. Ada ayat lain yang memerincikan maksud ayat tersebut, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al Baqarah : 177

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Artinya :

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Keumdian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, Nabi-Nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang yang meminta-minta ;  dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat ; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang  benar (imannya) : dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa. (Q.S. Al-Baqarah : 177 )

 

Menurut keterangan ayat diatas kebajikan itu adalahy meliputi :

1.     Beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, Nabi-Nabi

2.     Memberikan harta yang dicintainya, kepada kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta: dan (memerdekakan) hamba sahaya

3.     Mendirikan shalat

4.     Menunaikan zakat

5.     Menepati janji

6.     Sabar, baik dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PENUTUP

A.   KESIMPULAN

Jadi, Sebuah amal dikatakan jika di niati ikhlas karena Allah, pengertian dari berlomba-lomba dalam kebaikan disini adalah berlomba dalam mencari kebaikan yang diridhai oleh Allah. Sebagai manusia ciptaan Allah sudah sepantasnya kita untuk berlomba dalam mencari karuniaNya, dan untuk mencari karuniaNya salah satunya adalah dengan berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya guna untuk bekal di hari akhir nanti.

 

B.   SARAN

Marilah kita terus berkompetisi dalam kebaikan atas dasar iman dan cinta kepadaNya. Karena kompetisi seperti itulah yang mengundang ampunan Allah atas segala dosa dan khilaf yang kita lakukan. Mumpung Allah masih memberikan kesempatan kepada kita. Berkompetisi dengan terus beribadah kepada Allah sesuai dengan kemampuan kita dan terus menebar kepeduliaan kepada sesama.













NOTE :
Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan dan tidak jelasnya sumber yang diberikan dalam penulisan Makalah diatas, karena penulis hanya seorang pelajar yang bukan ahli agama

 


 

7 comments:

  1. bagus mbk.. tapi hadits ya kurang di perjelas

    ReplyDelete
  2. Bermanfaat sekali sist.. Makasih ya :)

    ReplyDelete
  3. Itu yang pengertian dari surah Al Baqarah ayat 148 , benar itu dalam kemewahan?

    ReplyDelete
  4. Yang penjelasannya setelah ayat itu lagi

    ReplyDelete
  5. Mohon di cek ulang sebelum di publish mbakk!

    ReplyDelete