Tuesday 9 December 2014

Lirik lagu F(x)'s Krystal - All of a sudden *Ost. My Lovely Girl , + terjemahan english dan Indonesia

LIRIK F(x)’s Krystal – All Of a Sudden (My Lovely Girl OST.) With Indonesian Translate and English Translate

Geudae sorinae hanbeon utjil annneyo
Geureoke eosaekhan saiingayo
Uri manheun geoseul hamkke haenneunde
Nungil hanbeondo songil hanbeondo

Sesang moduga geudael boayo
Hajiman neul geureoteut geudaen eodupjyo
Naneun han saramman gaseume damaseo
Geudae dwitmoseumman tto bonaeyo

Nan neul geureoke meongi deureoyo

Ulkeok niga bogo sipeun geureonnal
Ulkeok nae mami nae mamdaero an doen nal
Ulkeok ssodajineun naui nunmuri
Haru jongil geudaereul butdeulgo

Naneun sori nae ulji anhayo
Hajiman neul geureoteut useul sun itjyo
Naege nameun geon sangcheo ppunirado
Geudae dwitmoseube nan useoyo

Nan neul geureoke ulgoman itjyo

Ulkeok niga bogo sipeun geureon nal
Ulkeok nae mami nae mamdaero an doen nal
Ulkeok ssodajineun naui nunmuri
Haru jongil geudaereul butdeulgo

Ulkeok ssodajineun nunmul sogeseo
Ulkeok gwaenchanha dadogyeoboado
Ijen oji anheul geudaeraneungeol
Naega araseo da araseo

Annyeong


#Indonesian Translation


Kau belum pernah tertawa lepas lagi
Apakah kita yang canggung satu sama lain?
Kita melakukan begitu banyak hal bersama-sama
Tapi kau tidak membiarkanku terlihat sendiri atau menyentuh

Seluruh dunia melihat ke arahmu
tetapi seperti biasa, kau begitu misterius
Aku hanya memiliki satu orang di hatiku
Jadi aku hanya melihat ke arahmu dan berbalik lagi

Aku selalu menjadi membungkam seperti ini

Tiba-tiba, pada hari aku merindukanmu
Tiba-tiba, ketika aku tidak bisa melakukan apa yang hatiku inginkan
Tiba-tiba, air mata jatuh
Sepanjang hari, aku terus tertuju padamu

Aku tidak akan menangis berlebihan
tapi aku bisa tersenyum seperti yg selalu ku lakukan
Bahkan jika semua yang aku miliki adalah bekas luka
Aku bisa tersenyum dengan melihatmu berbalik

Aku selalu menangis seperti ini

Tiba-tiba, pada hari aku merindukanmu
Tiba-tiba, ketika aku tidak bisa melakukan apa yang hatiku inginkan
Tiba-tiba, air mata jatuh
Sepanjang hari, aku terus tertuju padamu

Tiba-tiba, dengan jatuhnya airmataku
Tiba-tiba, Aku menghibur diriku sendiri, aku mengatakan tidak apa-apa
Aku tahu bahwa kau tidak akan datang sekarang
Jadi aku akan berusaha mengurus diriku sendiri
Selamat tinggal



English Translation

You haven't laughed out loud yet
Are we that awkward with each other?
We did so many things together
But you haven't given me a single look or touch

The whole world is looking at you
But just like always, you're so dark
I only have one person in my heart
So I'm only looking at your turned back again

I'm always being bruised like this

All of a sudden, on days I miss you
All of a sudden, when I can't do as my heart wants
All of a sudden, tears fall down
All day, I hold onto you

I won't cry out loud
But I can smile like I've always been doing
Even if all I have are scars
I can smile by seeing your turned back

I'm always crying like this

All of a sudden, on days I miss you
All of a sudden, when I can't do as my heart wants
All of a sudden, tears fall down
All day, I hold onto you

All of a sudden, with my falling tears
All of a sudden, I comfort myself, saying it's okay
I know that you won't come now
So I'll deal with it on my own


Goodbye


^_^

Wednesday 3 December 2014

chord gitar Tulus - 1000 Tahun Lamanya


Chord Gitar Tulus - 1000 Tahun Lamanya



Intro : Am..Cm..Gm..
         Am..Cm..Bb..


  F                 D                              Gm
Bila…kau sanggup untuk melupakan dia..
      C                              Am
Biarkan aku hadir dan menata…
           D                               Gm
Ruang hati yang t’lah tertutup lama..

F                   D                           Gm
Jika… kau masih ragu untuk menerima..
      C                         Am
Biarkan hati kecilmu bicara…
          D                                 Gm       
Karna ku yakin kan datang saatnya…

Bb                          Am
Kau jadi bagian hidupku…
Gm                         Bb        C
Kau jadi bagian hidupku..uu..uu..

[Reff:]
            F                                Dm
Takkan pernah berhenti..untuk slalu percaya
           Gm            Bb                C
Walau harus menunggu…  1000 tahun lamanya
       F                             Dm
Biarkanlah terjadi…wajar apa adanya
          Gm             Bb                C
Walau harus menunggu…  1000 tahun lamanya

F                   D                           Gm
Jika… kau masih ragu untuk menerima..
      C                         Am
Biarkan hati kecilmu bicara…
          D                                 Gm       
Karna ku yakin kan datang saatnya…

Bb                          Am
Kau jadi bagian hidupku…
Gm                         Bb         C
Kau jadi bagian hidupku..uu..uu..

[Reff:]
            F                                Dm
Takkan pernah berhenti..untuk slalu percaya
           Gm            Bb               C
Walau harus menunggu…  1000 tahun lamanya
       F                             Dm
Biarkanlah terjadi…wajar apa adanya
          Gm             Bb                C
Walau harus menunggu…  1000 tahun lamanya

Bbm                     G#
…..Selama apapun itu….
Bbm                              C
….Aku kan setia menunggu….

Int : Bbm……………………..C


Kembali ke : Reff

lirik dan chord gitar lagu Rude

Magic - Rude Guitar Chords

Capo 6

C          D                 
Saturday morning jumped out of 
Em                 em
bed and put on my best suit
C          D                    Em
Got in my car and raced like a jet,
                Em
all the way to you
C          D                   
Knocked on your door with heart 
G                           Em
in my hand To ask you a question 
C          D                  
Cause I know that you're an
G.                       Em
 old fashioned man yeah yeah 

[Pre Chorus:]

 C                      
Can I have your daughter
D
for the rest of my life? 
     G/B                 
say yes, say yes, 
    Em
Cause I need to know 
C                                
You say I'll never get your
D
blessings till the day I die 
     G                    
Tough luck my friend 
 Em 
but the answer is no!
[Chorus:]

 C             D                      
Why you gotta be so rude? 
G                  Em
Don't you know I'm human too 
C             D          
why you gotta be so rude 
G .                 Em
I'm gonna marry her anyway
C             D          
marry that girl (marry her anyway)
G              Em
marry that girl 
(yeah no matter what you say)
C                 D        
marry that girl 
(and we'll be a family)
G              Em     C      D    G     Em
Why you gotta be so rude 

[Verse 2]

C          D                    G     
I hate to do this, you leave no choice 
Em
I can't live without her 
C          D               
Love me or hate me we will 
G.                        Em
be boys Standing at that alter 
C          D                    G 
or we will run away to another
             Em
 galaxy you know 
C          D                   
You know she's in love with me 
G.             Em
She will go anywhere I go 

[Pre Chorus]
[Chorus]

[Pre Chorus]
[Chorus]

Tuesday 2 December 2014

SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ILMU HADIS
logo-uin-2.png


           

Makalah
Diajukn untuk Memenuhi Salah Satu Tugas  Ilmu Hadits
Disusun Oleh :
Ø  Nur Rahmi
Ø  Rosdiana
Ø  Mursalim
Ø  Ratnasari
Ø  Fadilah Putri Ananda


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2014





KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat, taufik serta hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul “Sejarah Perkembangan Ilmu Hadis”. Makalah ini dibuat dalam  rangka memenuhi tugas ilmu hadis yang membahas tentang SejarahPertumbuhan dan Perkembangan Hadis.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Akhir kata, tiada gading yang  tak  retak, demikin dengan makalah  ini. Oleh karena itu, saran dan  kritik yang membangun tetap penulis nantikan demi kesempurnaan makalah selanjutnya.
Makassar, November 2014


  Tim Penulis    




BAB I
PENDAHULUAN
A.                Latar Belakang
Pada masa permulaan Islam, umat Islam belum mengenal adanya ulumul hadits atau ilmu hadits. Hal ini mungkin dikarenakan fokus perhatian umat Islam pada waktu itu masih terpecah antar dakwah, jihad dan pendalaman Al-Qur’an, sehingga perhatian terhadap hadits walaupun sudah cukup intens namun belum segencar pada masa-masa berikutnya.
Sepeninggalnya nabi, terutama setelah bermunculan hadits-hadits palsu barulah perhatian umat Islam terhadap hadist nabi meningkat pesat. Ini ditandai dengan munculnya beberapa ulama yang mulai melakukan penghimpunan hadits serta mulai merintis ilmu-ilmu yang berkaitan dengan hadits. Ilmu ini kemudian terus berkembang dari masa ke masa sampai zaman sekarang.
B.                 Rumusan Masalah
a.             Apa pengertian Ilmu Hadits?
b.            Bagaimana perkembangan Ilmu Hadits?
c.             Apa saja cabang-cabang Ilmu Hadits?


C.                 Tujuan Penulian
Ada dua tujuan kami menulis makalah ini, yang pertama yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Hadits, yang kedua yaitu untuk menambah pengetahuan dan pemahaman kita semua tentang Ilmu Hadits dan sejarah perkembangan Ilmu Hadits.




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Ilmu Hadis
Ilmu hadits (Ulum al-Hadits), secara kebahasaan berarti ilmu-ilmu tentang hadits. Secara etimologis, seperti yang telah diungkapkan oleh As-Suyuti, ilmu hadits adalah
عِلْمٌ يُبْحَثُ فِيْهِ عَنْ كَيْفِيَةِ إِتِّصَالِ اْلحَدِيْثِ بِرَسُوْلِ اللهِ ص. م. مِنْ حَيْثُ أَحْوَالِ رِوَاتِهِ ضَبْطًا وَعَدَالَةً وَمِنْ حَيْثُ كَيْفِيَّةِ السَّنَدِ اِتِّصَالاً وَانْقَطَا عًا وَغَيْرِ ذلِكَ.
“Ilmu pengetahuan yang membicarakan cara-cara persambungan hadits sampai kepada Rasul SAW, dari segi hal ikhwal para rawinya, yang menyangkut kedhobitan dan keadilannya dan dari bersambung dan terputusnya sanad dan sebagainya.
Sekitar pertengahan abad ke-3 Hijriyah sebagian Muhadditsin mulai merintis ilmu ini dalam garis-garis besarnya saja dan masih berserakan dalam beberapa mushafnya. Diantara mereka adalah Ali bin Almadani (238 H), Imam Al-Bukhari, Imam Muslim, Imam At-Turmudzi dan lain-lain.
Adapun perintis pertama yang menyusun ilmu ini secara spesialis dalam satu kitab khusus ialah Al-Qandi Abu Muhammad Ar-Ramahurmuzy (360 H) yang diberi nama dengan Al-Muhaddisul Fasil Bainar Wari Was Sami’. Kemudian bangkitlah Al-Hakim Abu Abdilah an-Naisaburi (321-405 H) menyusun kitabnya yang bernama Makrifatu Ulumil Hadits. Usaha beliau ini diikuti oleh Abu Nadim al-Asfahani (336-430 H) yang menyusun kitab kaidah periwayatan hadits yang diberi nama Al-Kifayah dan Al-Jam’u Liadabis Syaikhi Was Sami’ yang berisi tentang tata cara meriwayatkan hadits.

B.     Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Ilmu Hadits
Ilmu ini pada dasarnya telah tumbuh sejak zaman Nabi SAW masih hidup. Akan tetapi ilmu ini terasa diperlukan setelah Nabi SAW wafat, terutama sekali ketika umat Islam memulai upaya mengumpulkan hadits dan mengadakan perlawatan yang mereka lakukan, sudah barang tentu secara langsung atau tidak,memerlukan kaidah-kaidah guna menyeleksi periwayatan hadits. Pada perkembangan berikutnya kaidah-kaidah itu semakin disempurnakan oleh para ulama yang muncul pada abad kedua dan ketiga Hijriyah, baik mereka yang mengkhususkan diri dalam mempelajari bidang hadits, maupun bidang-bidang lainnya, sehingga menjadi satu disiplin ilmu yang berdiri sendiri.
Uraian berikut akan menitkberatkan sejarah pertumbuhan dan perkembangan ilmu hadits menjadi beberapa periodesasi yaitu awal lahirnya ilmu hadits sampai pada masa sekarang.
a.      Periode Pertama (Zaman Rasul)
Pada masa ini, para sahabat bergaul dan berinteraksi langsung dengan Nabi, sehingga setiap permasalahan atau hukum dapat ditanyakan langsung kepada Nabi. Para sahabat lebih fokus dengan menghapal dan mempelajari Al-Qur’an. Rasul pada masa itu secara umum melarang menuliskan hadits karena takut tercampur baur dengan ayat Al-Qur’an karena wahyu sedang / masih diturunkan.
Secara umum sahabat masih banyak yang buta huruf sehingga tidak menuliskan hadits, mereka meriwayatkan hadits mengandalkan hafalan secara lisan. Sebagian kecil sahabat –yang pandai baca tulis- menuliskan hadits seperti: Abdullah Bin Amr Bin Ash yang mempunyai catatan hadits dan dikenal sebagai “Shahifah Ash Shadiqah” juga Jabir Bin Abdullah Al Anshary mempunyai catatan hadits yang dikenal sebagai “Shahifah Jabir”. Pada event tertentu orang Arab badui ingin fatwa Nabi dituliskan, maka Nabi meluluskan permintaannya untuk menuliskan haditsnya.
b.      Periode Kedua (Masa Kulafaur Rasyidin)
Sebagian sahabat tersebar keluar jazirah Arab karena ikut serta dalam jihad penaklukan ke daerah Syam, Iraq, Mesir, Persia. Pada daerah taklukan yang baru masuk Islam, Khalifah Umar menekankan agar mengajarkan Al-Qur’an terlebih dahulu kepada mereka. Khalifah Abu Bakar meminta kesaksian minimal satu orang bila ada yang meriwayatkan hadits kepadanya. Khalifah Ali meminta bersumpah orang yang meriwayatkan hadits. Khalifah Umar melarang sahabat besar keluar dari kota Madinah dan melarang memperbanyak periwayatan hadits. Setelah Khalifah Umar wafat, sahabat besar keluar kota Madinah tersebar kedaerah taklukkan untuk mengajarkan agama.


c.       Periode Ketiga (Masa Sahabat Kecil dan Tabi’in Besar)
Para sahabat besar telah terpencar keluar dari Madinah. Jabir pergi ke Syam menanyakan hadits kepada sahabat Abdullah Bin Unais Al Anshary. Abu Ayyub Al Anshary pergi ke Mesir menemui sahabat Utbah Bin Amir untuk menanyakan hadits. Masa ini sahabat besar tidak lagi membatasi diri dalam periwayatan hadits, yang banyak meriwayatkan hadits antara lain :
1.      Abu Hurairah (5347 hadits)
2.      Abdullah Bin Umar (2360 hadits)
3.      Anas Bin Malik (2236 hadits)
4.      Aisyah, Ummul Mukminin (2210 hadits)
5.      Abdullah Bin Abbas (1660 hadits)
6.      Jabir Bin Abdullah (1540 hadits)
7.      Abu Sa’id Al Kudri (1170 hadits)
8.      Ibnu Mas’ud
9.      Abdullah Bin Amr Bin Ash
Setelah Khalifah Ali terbunuh, muncul sekte Syiah yang mendukung Ali dan keturunannya sementara kelompok jumhur (mayoritas) tetap mengakui pemerintahan Bani Umayah. Sejak saat itu mulai bermunculan hadits palsu yang bertujuan mendukung masing-masing kelompoknya. Kelompok yang terbanyak membuat hadits palsu adalah Syiah Rafidah.
d.      Periode Keempat (Masa Pembukuan Hadits)
Pada waktu Umar Bin Abdul Aziz (Khalifah ke-8 Bani Umayyah) yang naik tahta pada tahun 99 H berkuasa, beliau dikenal sebagai orang yang adil dan wara’, tergeraklah hatinya untuk membukukan hadits dengan motif :
1.      Beliau khawatir ilmu hadits akan hilang karena belum dibukukan dengan baik.
2.      Kemauan beliau untuk menyaring hadits palsu yang sudah mulai banyak beredar.
3.      Al-Qur’an sudah dibukukan dalam mushaf, sehingga tidak ada lagi kekhawatiran tercampur  dengan hadits bila hadits dibukukan.
4.      Peperangan dalam penaklukan negeri negeri yang belum Islam dan peperangan antar sesama kaum Muslimin banyak terjadi, dikhawatirkan ulama hadits berkurang karena wafat dalam peperangan-peperangan tersebut.
Khalifah Umar menginstruksikan kepada Gubernur Madinah Abu Bakar Bin Muhammad Bin ‘Amr Bin Hazm (Ibnu Hazm) untuk mengumpulkan hadits yang ada padanya dan pada tabi’in wanita ‘Amrah Binti ‘Abdur Rahman Bin Sa’ad Bin Zurarah Bin ‘Ades, murid Aisyah-Ummul Mukminin.
Berdasarkan instruksi resmi Khalifah itu, Ibnu Hazm minta bantuan dan menginstruksikan kepada Abu Bakar Muhammad Bin Muslim Bin Ubaidillah Bin Syihab az Zuhry (Ibnu Syihab Az Zuhry) seorang ulama besar dan mufti Hijaz dan Syam untuk turut membukukan hadits Rasulullah SAW.
Setelah itu penulisan hadits pun marak dan dilakukan oleh banyak ulama abad ke-2 H, yang terkenal diantaranya :
1.         Al-Muwaththa’, karya Imam Malik Bin Anas (95 H – 179 H).
2.         Al Masghazy wal Siyar, hadits sirah nabawiyah karya Muhammad Ibn Ishaq (150 H).
3.         Al Mushannaf, karya Sufyan Ibn ‘Uyainah (198 H).
4.         Al Musnad, karya imam Abu Hanifah (150 H).
5.         Al Musnad, karya imam Syafi’i (204 H).

e.       Periode Kelima (Masa Kodefikasi Hadits)
1.      Periode penyaringan hadits dari fatwa para sahabat (abad ke-III H)
a.       Menyaring hadits nabi dari fatwa-fatwa sahabat Nabi.
b.      Masih tercampur baur hadits sahih, dhaif dan maudlu’ (palsu).
c.       Pertengahan abad tiga baru disusun kaidah-kaidah penelitihan kesahihan hadits.
d.      Penyaringan hadits sahih oleh imam ahli hadits Ishaq Bin Rahawaih (guru Imam Bukhari).
e.       Penyempurnaan kodifikasi ilmu hadits dan kaidah-kaidah pen sahihan suatu hadits.
f.       Penyusunan kitab Sahih Bukhori.
g.      Penyusunan enam kitab induk hadits (kutubus sittah), yaitu kitab-kitab hadits yang diakui oleh jumhur ulama sebagai kitab-kitab hadits yang paling tinggi mutunya, sebagian masih mengandung hadits dhaif tapi ada yang dijelaskan oleh penulisnya dan dhaifnya pun yang tidak keterlaluan dhaifnya, ke enam kuttubus shittah itu adalah :
1)      Sahih Bukhori
2)      Sahih Muslim
3)      Sunan Abu Dawud
4)      Sunan An Nasa’i
5)      Sunan At-Turmudzy
6)      Sunan Ibnu Majah
2.      Periode menghafal dan mengisnadkan hadits (abad ke-IV H).
a.       Para ulama hadits berlomba-lomba menghafalkan hadits yang sudah tersusun pada kitab-kitab hadits.
b.      Para ulama hadits mengadakan penelitian hadits-hadits yang tercantum pada kitab-kitab hadits.
c.       Ulama hadits menyusun kitab-kitab hadits yang bukan termasuk kuttubus shittah.
3.      Periode Klasifikasi dan Sistimasi Susunan Kitab-Kitab Hadits (abad ke-V H s.d 656 H, jatuhnya Baghdad).
a.       Mengklasifikasikan hadits dan menghimpun hadits-hadits yang sejenis.
b.      Menguraikan dengan luas (mensyarah) kitab-kitab hadits.
c.       Memberikan komentar (takhrij) kitab-kitab hadits.
d.      Meringkas (ikhtisar) kitab-kitab hadits.
e.       Menciptakan kamus hadits.
f.       Mengumpulkan (jami’) hadits-hadits bukhori-Muslim.
g.      Mengumpulkan hadits targhib dan tarhib.
h.      Menyusun kitab athraf, yaitu kitab yang hanya menyebut sebagian hadits kemudian mengumpulkan seluruh sanadnya, baik sanad kitab maupun sanad dari beberapa kitab.
i.        Menyusun kitab istikhraj, yaitu mengambil sesuatu hadits dari sahih Bukhori Muslim umpamanya, lalu meriwayatkannya dengan sanad sendiri, yang lain dari sanad Bukhari atau Muslim karena tidak memperoleh sanad sendiri.
j.        Menyusun kitab istidrak, yaitu mengumpulkan hadits-hadits yang memiliki syarat-syarat Bukhari dan Muslim atau syarat salah seorangnya yang kebetulan tidak diriwayatkan atau di sahihkan oleh keduanya.

f.       Periode Keenam (dari tahun 656 H sampai sekarang)
Mulai dari jatuhnya Baghdad oleh Hulagu Khan dari Mongol tahun 656 H – sekarang ini.
1.      Menertibkan, menyaring dan menyusun kitab kitab takhrij.
2.      Membuat kitab-kitab jami’.
3.      Menyusun kitab-kitab athraf.
4.      Menyusun kitab-kitab zawaid, yaitu mengumpulkan hadits-hadits yang tidak terdapat dalam kitab-kitab yang sebelumnya kedalam sebuah kitab yang tertentu.
Kitab takhrij ialah kitab hadis yang metode pengumpulan hadisnya dengan cara mengambil hadis dari ulama tertentu lalu meriwayatkannya dengan sanad sendiri yang berbeda dari sanad ulama hadis tersebut. Kitab athraf ialah kitab hadis yang hanya memuat sebagian matas hadis, tetapi

C.    Cabang-Cabang Ilmu Hadits
Secara garis besarnya, ilmu hadits terbagi dua, yaitu:
a.      Ilmu Dirayatul Hadits
Menurut sebagian ulama Tahqiq, Ilmu Dirayatul Hadits adalah ilmu yang membahas cara kelakuan persambungan hadits kepada nabi Muhammad SAW dari sikap perawinya, mengenai kekuatan hafalan dan keadilan mereka, dan dari segi keadaan sanad, putus dan bersambungnya, serta yang sepertinya.
Adapun obyek Ilmu Hadits Dirayah ialah meneliti kelakuan para rawi dan keadaan marwinya (sanad dan matannya). Dari aspek sanadnya, diteliti tentang ke'adilan dan kecacatannya, bagaimana mereka menerima dan menyampaikan haditsnya serta sanadnya bersambung atau tidak. Sedang dari aspek matannya diteliti tentang kejanggalan atau tidaknya, sehubungan dengan adanya nash-nash lain yang berkaitan dengannya.
b.      Ilmu Riwayatul Hadits
Ilmu Riwayatul Hadits ialah ilmu yang memuat segala penukilan yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, kehendak, taqrir ataupun berupa sifatnya.
Adapun yang menjadi obyek Ilmu Hadits Riwayah, ialah membicarakan bagaimana cara menerima, menyampaikan pada orang lain dan memindahkan atau membukukan dalam suatu Kitab Hadits. Dalam menyampaikan dan membukukan Hadits, hanya dinukilkan dan dituliskan apa adanya, baik mengenai matan maupun sanadnya.
Kegunaan mempelajari ilmu ini adalah untuk menghindari adanya kemungkinan yang salah dari sumbernya, yaitu Nabi Muhammad Saw. Sebab berita yang beredar pada umat Islam bisa jadi bukan hadits, melainkan juga ada berita-berita lain yang sumbernya bukan dari Nabi, atau bahkan sumbernya tidak jelas sama sekali.
Dari ilmu Hadits Riwayah dan Dirayah di atas kemudian berkembang pula beberapa cabang ilmu, yakni:
a.      Ilmu Rijalul Hadits
Ialah ilmu yang membahas para perawi hadits, dari sahabat, dari tabi’in, maupun dari angkatan sesudahnya. dengan ilmu ini kita dapat mengetahui, keadaan para perawi yang menerima hadits dari Rasulullah dan keadaan perawi yang menerima hadits dari sahabat dan seterusnya.
Dalam ilmu ini diterangkan tarikh ringkas dari riwayat hidup para perawi, madzhab yang dipegangi oleh para perawi dan keadaan-keadaan para perawi itu saat menerima hadits.
b.      Ilmu Jarhi wat Ta’dil
Ilmu yang menerangkan tentang hal cacat-cacat yang dihadapkan kepada para perawi dan tentang penta’dilannya (memandang adil para perawi) dengan memakai kata-kata yang khusus dan tentang martabat kata-kata itu. Ilmu Jarhi wat Ta’dil dibutuhkan oleh para ulama hadits karena dengan ilmu ini akan dapat dipisahkan, mana informasi yang benar yang datang dari Nabi dan mana yang bukan.
c.       Ilmu Fannil Mubhammat
Ilmu fannil Mubhamat adalah ilmu untuk mengetahui nama orang-orang yang tidak disebut dalam matan, atau di dalam sanad.
Di antara yang menyusun kitab ini, Al-Khatib Al Baghdady. Kitab Al Khatibitu diringkas dan dibersihkan oleh An-Nawawy dalam kitab Al-Isyarat Ila Bayani Asmail Mubhamat.
d.      Ilmu ‘Ilalil Hadits
Adalah ilmu yang menerangkan sebab-sebab yang tersembunyi, tidak nyata, yang dapat merusakkan hadits. Yakni: menyambung yang munqathi’, merafa’kan yang mauquf, memasukkan suatu hadits ke dalam hadits yang lain dan yang serupa itu. Semuanya ini, bila diketahui dapat merusakkan hadits.
e.       Ilmu Ghoribil Hadits
Yang dimaksudkan dalam ilmu hadits ini adalah bertujuan menjelaskan suatu hadits yang dalam matannya terdapat lafadz yang pelik, dan yang susah dipahami karena jarang dipakai, sehingga ilmu ini akan membantu dalam memahami hadits tersebut.
f.       Ilmu Nasikh wal Mansukh
Adalah ilmu yang menerangkan hadits-hadits yang sudah dimansukhkan dan menasikhkannya.
Apabila didapati sesuatu hadits yang maqbul tak ada perlawanan, dinamailah hadits tersebut muhkam. Dan jika dilawan oleh hadits yang sederajat, tapi mungkin dikumpulkan dengan tidak sukar maka hadits itu dinamai muhtaliful hadits. Jika tidak mungkin dikumpul dan diketahui mana yang terkemudian, maka yang terkemudian itu dinamai nasikhdan yang terdahulu dinamai mansukh.
g.      Talfiqil hadits
Yaitu ilmu yang membahas tentang cara mengumpulkan antar hadits yang berlawanan lahirnya. Dikumpulkan itu ada kalanya dengan mentahsikhkan yang ‘amm, atau mentaqyidkan yang mutlak, atau dengan memandang banyak kali terjadi.
h.      Ilmu Tashif wat Tahrif
Yaitu ilmu yang menerangkan tentang hadits-hadits yang sudah diubah titiknya (dinamai mushohaf), dan bentuknya (dinamai muharraf).
i.        Ilmu Asbabi Wurudil Hadits
Yaitu ilmu yang membicarakan tentang sebab-sebab Nabi menuturkan sabda beliau dan waktu beliau menuturkan itu.
j.        Ilmu Mukhtalaf dan Musykil Hadits
Yaitu ilmu yang menggabungkan dan memadukan antara hadits yang zhahirnya bertentangan atau ilmu yang menerangkan ta’wil hadits yang musykil meskipun tidak bertentangan dengan hadits lain.
Sekitar pertengahan abad ke-3 Hijriyah sebagian Muhadditsin mulai merintis ilmu ini dalam garis-garis besarnya saja dan masih berserakan dalam beberapa mushafnya. Diantara mereka adalah Ali bin Almadani (238 H), Imam Al-Bukhari, Imam Muslim, Imam At-Turmudzi dan lain-lain.
Adapun perintis pertama yang menyusun ilmu ini secara spesialis dalam satu kitab khusus ialah Al-Qandi Abu Muhammad Ar-Ramahurmuzy (360 H) yang diberi nama dengan Al-Muhaddisul Fasil Bainar Wari Was Sami’. Kemudian bangkitlah Al-Hakim Abu Abdilah an-Naisaburi (321-405 H) menyusun kitabnya yang bernama Makrifatu Ulumil Hadits. Usaha beliau ini diikuti oleh Abu Nadim al-Asfahani (336-430 H) yang menyusun kitab kaidah periwayatan hadits yang diberi nama Al-Kifayah dan Al-Jam’u Liadabis Syaikhi Was Sami’ yang berisi tentang tata cara meriwayatkan hadits.


BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Ilmu hadits (Ulum al-Hadits), secara kebahasaan berarti ilmu-ilmu tentang hadits. Secara etimologis, seperti yang telah diungkapkan oleh As-Suyuti, ilmu hadits adalah Ilmu pengetahuan yang membicarakan cara-cara persambungan hadits sampai kepada Rasul SAW, dari segi hal ikhwal para rawinya, yang menyangkut kedhobitan dan keadilannya dan dari bersambung dan terputusnya sanad dan sebagainya.
Dalam sejarah, perkembangan hadits dibagi dalam beberapa periode, yaitu; periode pertama (zaman Nabi SAW), periode kedua (masa khulafaurrasidin), periode ketiga (masa sahabat kecil dan tabiin besar), periode ke empat (masa pembukuan hadits), periode kelima (masa kodefikasi hadits) dan periode ke enam (dari tahun 656 H sampai sekarang).
Secara garis besarnya, ilmu hadits terbagi dua, yaitu; ilmu dirayatul hadits, yakni ilmu yang membahas cara kelakuan persambungan hadits kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, dan ilmu riwayatul hadits, yakni ilmu yang memuat segala penukilan yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, kehendak, taqrir ataupun berupa sifatnya.


DAFTAR PUSTAKA
Dhafi. “Makalah Ulumul Hadits”, Blog Dhafi. http://ukhuwahislah. blogspot.com/2014/03/makalah-ulumul-hadits-pengertian.html (11 Maret 2014).
Hasan, Nur. “Sejarah Perkembangan Ilmu Hadits”, Blog Nur Hasan. http://nurhasan9.blogspot.com/2013/01/sejarah-perkembangan-ilmu-hadits.html (25 Januari 2013).
Abdain. “Sejarah dan Kodifikasi Hadis”, Blog Abdain. http://abdain.wordpress.com/2010/01/20/sejarah-dan-kodofikasi-hadis/