PENTINGNYA KERJA YANG DIIRINGI DENGAN DO’A
(MAKALAH DISUSUN
GUNA MEMENUHI TUGAS
MATA KULIAH :
(Ilmu Al-Qur'an)
Disusun oleh :
ROSDIANA
(90400114090)
ROSDIANA
(90400114090)
AKUNTANSI
2014
FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat, taufik serta
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul “Pentingnya
kerja yang diriingi oleh doa”. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas ilmu al-qur’an yang
membahas tentang Q.S Al-jumuah ayat 10 dengan korelasi ekonomi kontemporer
Penulis
menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Akhir kata,
tiada gading yang tak retak, demikin dengan makalah ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun tetap penulis nantikan
demi kesempurnaan makalah selanjutnya.
Makassar, Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL .................... ........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... ........ 1-2
A.
Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................
3-17
A. P engertian
Kerja ............................................................................... 3
B. Pengertian Do’a ................................................................................ 8
a.
Fungsi Do’a ............................................................................................... 11
C.
Pentingnya
Kerja yang Diiringi dengan Do’a .................................... 13
C.
Surah
yang Membahas
Pentingnya Kerja dan Berdoa ..................... 16
BAB III PENUTUP ...........................................................................................
18
A.
KESIMPULAN ................................................................................. 18
DAFTAR
PUSTAKA ...
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sebagai
manusia kita di wajibkan untuk berusaha dalam menggapai sebuah cita-cita. Kita
tidak boleh hanya berpangku tangan dan pasrah. Ajaran agama islam melarang
orang yang hanya pasrah tanpa berusaha dan berdoa, serta mengharap rahmat Allah
SWT. Namun harus diingat Allah SWT akan memberikan karunia-Nya sesuai dengan
usaha seseorang dan doa yang tulus. Oleh karena itu berusahalah sekuat tenaga
dan berdoalah dengan khusyuk dan tulus.
Agama Islam yang
berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadits sebagai tuntunan dan pegangan bagi kaum
muslimin mempunyai fungsi tidak hanya mengatur dalam segi ibadah saja melainkan
juga mengatur umat dalam memberikan tuntutan dalam masalah yang berkenaan dengan kerja ini, Abdullah bin
Amr bin al-Ash mengungkapkan bahwa “Bekerjalah untuk
duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu
seakan-akan kamu mati besok”.
Dalam ungkapan lain dikatakan juga, “Tangan di atas lebih baik dari pada
tangan di bawah, Memikul kayu
lebih mulia dari pada mengemis, Mukmin yang kuat lebih
baik dari pada mukslim yang lemah. Allah menyukai mukmin yang kuat bekerja.”. Nyatanya
kita kebanyakan bersikap dan bertingkah laku justru berlawanan dengan
ungkapan-ungkapan tadi.
1
|
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
itu kerja dan berdoa ?
2.
Apa pentingnya
kerja yang diiringi dengan doa ?
3.
Ayat
Al-Quran apakah yang membahas tentang pentingnya bekerja dan berdoa?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kerja
Kerja
dalam pengertian luas adalah semua
bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi maupun non-materi,
intelektual atau fisik maupun hal-hal yang berkaitan dengan masalah keduniawian
atau keakhiratan. Kamus besar bahasa Indonesia susunan WJS Poerdarminta
mengemukakan bahwa kerja adalah perbuatan melakukan sesuatu. Pekerjaan adalah
sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah.
KH. Toto
Tasmara mendefinisikan makan dan bekerja bagi seorang muslim adalah suatu upaya
sungguh-sungguh dengan mengerahkan seluruh asset dan zikirnya untuk
mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah yang
menundukkan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang
terbaik atau dengan kata lain dapat juga dikatakan bahwa dengan bekerja manusia
memanusiakan dirinya.
Lebih lanjut
dikatakan bekerja adalah aktivitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk memenuhi
kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani) dan di dalam mencapai tujuannya
tersebut dia berupaya dengan penuh kesungguhan untuk mewujudkan prestasi yang
optimal sebagai bukti pengabdian dirinya kepada Allah SWT.
3
|
Pengertian
kerja dalam keterangan di atas, dalam Islam amatlah luas, mencakup seluruh
pengerahan potensi manusia. Adapun pengertian kerja secara khusus adalah setiap
potensi yang dikeluarkan manusia untuk memenuhi tuntutan hidupnya berupa
makanan, pakaian, tempat tinggal, dan peningkatan taraf hidup.
Inilah
pengertian kerja yang bisa dipakai dalam dunia ketenaga-kerjaan dewasa ini,
sedangkan bekerja dalam lingkup pengertian ini adalah orang yang bekerja dengan
menerima upah baik bekerja harian, maupun bulanan dan sebagainya.
Pembatasan seperti
ini didasarkan pada realitas yang ada di negara-negara komunis maupun kapitalis
yang mengklasifikasikan masyarakat menjadi kelompok buruh dan majikan, kondisi
semacam ini pada akhirnya melahirkan kelas buruh yang seringkali memunculkan
konflik antara kelompok buruh atau pun pergerakan yang menuntut adanya
perbaikan situasi kerja, pekerja termasuk hak mereka.
Konsep
klasifikasi kerja yang sedemikian sempit ini sama sekali tidak dalam Islam,
konsep kerja yang diberikan Islam memiliki pengertian namun demikian jika
menghendaki penyempitan pengertian (dengan tidak memasukkan kategori
pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan ibadah dan aktivitas spiritual) maka
pengertian kerja dapat ditarik pada garis tengah, sehingga mencakup seluruh
jenis pekerjaan yang memperoleh keuntungan (upah), dalam pengertian ini
tercakup pula para pegawai yang memperoleh gaji tetap dari pemerintah,
perusahaan swasta, dan lembaga lainnya.
Dalam bekerja
setiap pekerjamuslim (muslimah) hendaknya sesuai dengan etika Islam.
Rasulullah SAW
bersabda, “Sesungguhnya Allah mencintai salah seorang diantara kamu yang
melakukan pekerjaan dengan itqon (tekun, rapi dan teliti)”
(HR. al-Baihaki).
Dalam memilih
seseorang ketika akan diserahkan tugas, rasulullah melakukannya dengan
selektif. Diantaranya dilihat dari segi keahlian, keutamaan (iman) dan
kedalaman ilmunya. Beliau senantiasa mengajak mereka agar itqon dalam
bekerja.
Sebagaimana
dalam awal tulisan ini dikatakan bahwa banyak ayat al-Qur’an menyatakan
kata-kata iman yang diikuti oleh amal saleh yang orientasinya kerja dengan
muatan ketaqwaan.
Penggunaan
istilah perniagaan, pertanian, hutang untuk mengungkapkan secara ukhrawi
menunjukkan bagaimana kerja sebagai amal saleh diangkatkan oleh Islam pada
kedudukan terhormat.
Pandangan Islam
tentang pekerjaan perlu kiranya diperjelas dengan usaha sedalam-dalamnya. Sabda
Nabi SAW yang amat terkenal bahwa nilai-nilai suatu bentuk kerja tergantung
pada niat pelakunya. Dalam sebuah hadits diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim,
Rasulullah bersabda bahwa “sesungguhnya (nilai) pekerjaan itu tergantung pada
apa yang diniatkan” (HR. Bukhari dan Muslim).
Tinggi
rendahnya nilai kerja itu diperoleh seseorang tergantung dari tinggi rendahnya
niat. Niat juga merupakan dorongan batin bagi seseorang untuk mengerjakan atau
tidak mengerjakan sesuatu.
Nilai suatu
pekerjaan tergantung kepada niat pelakunya yang tergambar pada firman Allah SWT
agar kita tidak membatalkan sedekah (amal kebajikan) dan menyebut-nyebutnya
sehingga mengakibatkan penerima merasa tersakiti hatinya.
“ Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu
dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang
yang menafkahkan hartanya Karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman
kepada Allah dan hari kemudian…” (QS Al-Baqarah/2: 264).
Keterkaitan
ayat-ayat di atas memberikan pengertian bahwa taqwa merupakan dasar utama
kerja, apapun bentuk dan jenis pekerjaan, maka taqwa merupakan petunjuknya.
Memisahkan antara taqwa dengan iman berarti mengucilkan Islam dan aspek
kehidupan dan membiarkan kerja berjalan pada wilayah kemashlahatannya sendiri.
Bukan kaitannya dalam pembangunan individu, kepatuhan kepada Allah SWT serta
pengembangan umat manusia.
Perlu kiranya
dijelaskan disini bahwa kerja mempunyai etika yang harus selalu diikut sertakan
didalamnya, oleh karenanya kerja merupakan bukti adanya iman dan barometer bagi
pahala dan siksa. Hendaknya setiap pekerjaan disampung mempunyai tujuan akhir
berupa upah atau imbalan, namun harus mempunyai tujuan utama, yaitu memperoleh
keridhaan Allah SWT. Prinsip inilah yang harus dipegang teguh oleh umat Islam
sehingga hasil pekerjaan mereka bermutu dan monumental sepanjang zaman.
Jika bekerja
menuntut adanya sikap baik budi, jujur dan amanah, kesesuaian upah serta tidak
diperbolehkan menipu, merampas, mengabaikan sesuatu dan semena-mena, pekerjaan
harus mempunyai komitmen terhadap agamanya, memiliki motivasi untuk menjalankan
seperti bersungguh-sungguh dalam bekerja dan selalu memperbaiki muamalahnya.
Disamping itu mereka harus mengembangkan etika yang berhubungan dengan masalah
kerja menjadi suatu tradisi kerja didasarkan pada prinsip-prinsip Islam.
Adapun hal-hal
yang penting tentang etika kerja yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut
:
1.
Adanya keterkaitan individu terhadap Allah,
kesadaran bahwa Allah melihat, mengontrol dalam kondisi apapun dan akan
menghisab seluruh amal perbuatan secara adil kelak di akhirat. Kesadaran inilah
yang menuntut individu untuk bersikap cermat dan bersungguh-sungguh dalam
bekerja, berusaha keras memperoleh keridhaan Allah dan mempunyai hubungan baik
dengan relasinya. Dalam sebuah hadis rasulullah bersabda, “sebaik-baiknya
pekerjaan adalah usaha seorang pekerja yang dilakukannya secara tulus.” (HR
Hambali)
2.
Berusaha dengan cara yang halal dalam seluruh
jenis pekerjaan. Firman Allah SWT :
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di
antara rezki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada
Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.” (QS Al-Baqarah/2: 172).
3.
Dilarang memaksakan seseorang, alat-alat
produksi atau binatang dalam bekerja, semua harus dipekerjakan secara
professional dan wajar.
4.
Islam tidak membolehkan pekerjaan yang
mendurhakai Allah yang ada kaitannya dengan minuman keras, riba dan hal-hal
lain yang diharamkan Allah.
5.
Professionalisme yaitu kemampuan untuk memahami
dan melakukan pekerjaan sesuai dengan prinsip-prinsip keahlian. Pekerja tidak
cukup hanya memegang teguh sifat amanah, kuat dan kreatif serta bertaqwa tetapi
dia juga mengerti dan benar-benar menguasai pekerjaannya. Tanpa
professionalisme suatu pekerjaan akan mengalami kerusakan dan kebangkrutan juga
menyebabkan menurunnya produktivitas bahkan sampai kepada kesemrautan manajemen
serta kerusakan alat-alat produksi.1
B.
Pengertian
Doa
Secara harfiah, doa berarti memohon, doa pun identik dengan kata
lain; dakwah. Sehingga doa bisa juga berarti mengajak atau mengundang agar
datang. Doa yang berarti permohonan mekanismenya melakukan permohonan langsung
kepada Allah swt agar diberikan kebaikan, keberkahan, kemudahan, kesehatan dan jalan keluar dari kesulitan dan lain-lain. Sementara doa yang
berarti mengundang hadir atau mengajak dilakukan dengan cara menghadirkan arti-arti
sifat Allah swt. yang berjumlah 99 (asmaul husna)di setiap perilaku kita
sehari-hari. Hal ini dijelaskan dalam QS Al-A’raf/7: 180.
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ ۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Hanya milik Allah asmaa-ul husna,
maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan
tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut)
nama-nama-Nya. Nanti mereka
akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." (QS.
Al-A’raf/7: 180).[2]
DOA (DU’A)
adalah memohon atau meminta pertolongan kepada Allah SWT. Akan tetapi bukan
berarti hanya orang-orang yang sedang ditimpa musibah saja yang layak
memanjatkan doa. Dalam keadaan segar-bugar dan tidak kekurangan suatu apa pun,
sebagai manusia, kiranya kita layak berdoa. Setidaknya berdoalah memohon
perkenan Allah SWT untuk mengampuni segala dosa-dosa, baik yang kita segaja
maupun tidak. Juga meminta tetap diberi kekuatan iman dan kesehatan agar dapat
melaksanakan segala perintah-Nya. Lalu memohon perlindungan-Nya dari gangguan
setan dan hawa nafsu kita sendiri supaya tidak terjerembab dalam jurang
maksiat.
Apalagi
jika kita sadari bahwa situasi dan kondisi yang kita hadapi sehari-hari
berputar bagai roda pedati. Mungkin saja hari ini kita bisa beribadah dengan
baik dan ikhlas, namun siapa tahu hari- hari berikutnya kita didera rasa malas?
Boleh jadi hari ini kita begitu bahagia, tetapi siapa tahu nasib kita pada esok
atau lusa menjadi sebaliknya? Karena itulah dalam
keadaan sebaik
apa pun kita tetap perlu berdoa. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Tiada
sesuatu yang paling mulia dalam -pandangan Allah, selain dari berdoa
kepada-Nya, sedang kita dalam keadaan lapang." (HR. Al-Hakim).
Tentu
saja dalam berdoa jangan memohon sesuatu yang menurut kita baik, padahal
sesungguhnya buruk. Suatu misal karena sudah lama menderita sakit parah, karena
merasa selalu tersiksa lalu kita memohon kematian. Bukankah seharusnya kita
memohon kesembuhan. Nabi saw. juga melarang kita memohon mati. Abu
Huroiroh ra. mengutarakan, Muhammad Rosulullah saw. bersabda, ’’Sekali-kali
janganlah kalian meminta mati. Jangan pula mendoakannya sebelum mati itu
datang sendiri. Sebab jika kamu telah mati, maka berhentilah kalian beramal.
Sesungguhnya bertambah panjang umur seorang mukmin, bertambah pula kebaikan
yang dapat diperbuatnya". (HR. Muslim).
Allah
SWT juga berjanji untuk mengabulkan doa para hamba- Nya. Dan Tuhanmu
berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku perkenankan bagimu." (QS.
Ghafir/40: 60). "Dan Dia memperkenankan (doa) orang-orang yang
beriman dan mengerjakan kebajikan serta menambah (pahala) kepada mereka dari
karunia-Nya. (QS. Asy- Syura/42: 26).
Dalam
hadits juga diungkapkan bahwa Allah SWT tidak akan menolak doa
hamba-Nya. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah,
Tuhan Yang Maha Hidup lagi Maha Mulia, merasa malu jika seseorang mengangkat
kedua tangannya untuk berdoa, lalu orang itu ditolak dengan kosong dan kecewa". (HR.
Empat Ahli Hadits, kecuali Nasai dari Salman ra).
Dengan
demikian setiap doa pasti dikabulkan oleh-Nya. Bahkan ada tiga orang yang
mendapat prioritas doanya segera dikabulkan.
Muhammad
Rosulullah saw. menerangkan, "Ada tiga orang yang sekali- kali tidak
akan ditolak doanya oleh Allah SWT, ialah orang yang sedang berpuasa sampai
waktu menjelang berbuka, kepala negara yang adil, dan orang yang teraniaya." (HR.
Tirmidzi dari Abu Huroiroh ra).
Jika
doa-doa yang telah kita panjatklan belum terkabulkan, bukan berarti bahwa doa
kita tersebut ditolak. Muhammad Rosulullah saw. bersabda: "Apabila
seorang muslim menyungkurkan wajahnya (sujud) kepada Allah dalam memohon
sesuatu, pasti Allah memberinya. Dan pemberian itu disegerakan atau menjadi
simpanan di akhirat". (HR. Ahmad dari Abu Huroiroh ra.).
1.
Fungsi Doa
Doa
merupakan unsur yang paling esensial dalam ibadah. Muhammad Rosulullah
saw. bersabda: "Tidak ada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah Ta’ala
dibandingkan doa". (HR. Ahmad, Bukhori, Tirmidzi dan Nasai) Sebab
sebagaimana diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Anas ra., menurut Nabi saw. doa
adalah ibadah karena:
a.
mematuhi perintah Allah SWT, yakni firman-Nya:
"Berdoalah kamu kepada-Ku, niscaya Aku mengabulkan doamu;
b.
doa merupakan cermin menghambakan diri kepada
Allah SWT; dan
c.
pengakuan, bahwa hanya Allah SWT Yang Maha
Berkuasa dan Maha Berkehendak, sehingga hanya Dia-lah yang dapat mengabulkan dan mewujudkan segala
keinginan kita.
Ada beberapa
keutamaan yang akan kita peroleh dalam berdoa adalah :
a.
Allah menyertai hamba-nya yang
berdoa. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya
Allah berfirman: ’Aku
selalu dalam persangkaan hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku selalu bersamanya ketika
ia berdoa kepada-Ku" (HR. Bukhori Muslim dari Abu Huroiroh ra).
b.
Doa senjata orang mukmin. Muhammad
Rosulullah saw. bersabda, "Doa adalah senjata orang mukmin, dan tiang agama, serta cahaya langit dan
bumi". (HR. Hakim dari Ali bin Abi Tholib ra).
c.
Doa datangkan keselamatan. Muhammad
Rosulullah saw. bersabda, "Janganlah engkau merasa lemah untuk berdoa, sebab sesungguhnya tidak
seorang pun yang binasa selama ia tetap berdoa".(HR. Ibnu Hiban dan Hakim dari Anas ra).
d.
Doa menolak bencana, dan menolak tipu daya
musuh. Muhammad Rosulullah saw. bersabda,"Doa berguna terhadap apa saja yang telah menimpa
seseorang, dan hal-hal yang belum
turun kepadanya. Sesungguhnya bencana pasti akan turun, dan akan ditemui
oleh, doa. Lalu keduanya selalu bersaingan sampai hari kiamat". (HR. Bazaar dan Thobroni dari Aisyah ra)
Maksudnya, bencana senantiasa mengintai manusia, dan semua itu dapat ditolak hanya dengan doa.
Memanjatkan
doa kepada Allah SWT, pertanda beriman kepada- Nya. Itulah sebabnya doa
dikatakan sebagai tiang agama. Doa yang dipanjatkan oleh orang-orang beriman
tersebut, jika diawali atau diakhiri dengan bacaan sholawat, akan dibawa naik
oleh para malaikat. Maka tidak salah jika doa itu diibaratkan cahaya langit dan
bumi.[3]
C.
Pentingnya
Kerja yang Diiringi
dengan
Do’a
Predikat
kesombongan bukan hanya disandang oleh kaum yang suka pamer atas harta, tahta
dan wanita, melainkan manusia yang tidak pernah berdoa ternyata juga
digolongkan sebagai orang-orang sombong. Hal tersebut jelas sekali dalam Firman
Allah SWT disebutkan bahwa : "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
kuperkenangkan bagimu, Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari
menyembah-Ku akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina". (QS.
Ghair/40: 60).
Kisah
berikut memberi gambaran bahwa begitu sangat powerful nya Doa, dan betapa
pentingnya memohon lewat Doa dalam menemukan solusi, Suatu ketika dalam
peperangan besar, Nabi Muhammad SAW ber Doa dengan sangat khusyuk dan diiringi
dengan isak tangis kepada ALLAH SWT yaitu: ”Ya Allah, jika Engkau tidak
menolong kami, maka engkau tidak akan disembah selamanya, kecuali jika engkau
berkehendak untuk tidak disembah selamanya.” Secara sepintas isi doa tersebut
kelihatannya mengancam, tetapi hal yang sangat mendasar sekali bahwa Doa
tersebut terlahir dari landasan keimanan dan perasaan akan kelemahan diri
baginda Nabi, tidak ada sedikitpun kesombongan, semata Doa tersebut beliau
munajatkan sebagai wujud permohonan kebutuhan yang sungguh sangat mendesak akan
intervensi Al-Mujiib, Allah Sang Maha Pemenuh Doa.
Nabi
Muhammad SAW ketika itu menyadari akan kondisinya bahwa dengan jumlah pasukan
hanya 313, sangat kecil kemungkinannya akan memenangkan peperangan tanpa campur
tangan dari Allah SWT, dan permohonan tersebut ternyata terkabulkan.
Dari
kissah tersebut memberi makna bahwa, begitu sangat pentingnya Doa bagi makluk
yang menghambakan diri kepada Allah SWT, karena dengan Doa menjadi pengingat
bagi manusia untuk selalu berjalan pada rel-rel kebenaran, jalan yang pasti di
ridhoi Allah SWT, dengan Doa sikap antusiasme bisa terpelihara, sehingga
menjadi spirit yang Powerful untuk perjuangan dalam rangka pencapaian
kesuksesan. Doa juga diasosiasikan ibarat pedang, dengan berdoa Allah SWT
sangat senang sekali, bahkan kalau tidak berdoa manusia dianggap sebagai orang
yang sombong.
Meskipun
demikian bukan lantas berarti hanya mengandalkan Doa semata tanpa melakukan
tindakan nyata, atau melakukan kerja keras tanpa diiringi dengan Doa , oleh
karenanya Doa dan Usaha yang optimal wajib menjadi dua hal yang tidak bisa
terpisahkan, "Ora et labora", artinya "Berusaha dan
berdoa."
Bila
fokus khusyuk berdoa disertai tindakan nyata yang optimal, hasilnya pasti
sangat dahsyat keberkahannya, sementara jika hanya mengutamakan tindakan nyata
tanpa dibarengi dengan berdoa kemungkinan ada hasil, tetapi keberkahannya juga
kemungkinan dipertanyakan.
Menurut
Profesor Quraish Shihab : “Doa adalah wujud pengakuan dari kedhoifan manusia
sekaligus pengakuan akan keMahaan Allah”. Sedangkan menurut Syari'at Do'a
adalah merupakan permohonan atau permintaan kepada Allah SWT tentang apa yang
diinginkan terkait dengan hal bermanfaat dan terbebas atau tercegah dari hal
yang mudharat.
Dengan
demikian sebagai hamba yang dhoif, serba penuh keterbatasan, maka kebutuhan
akan Ridho Sang Maha Segalanya sungguh sangat penting, berdoa untuk kesuksesan
atau “ goal praying “sama pentingnya dengan “ goal setting “. Artinya Impian
harus selalu dipanjatkan lewat Doa kepada Allah SWT.
Dalam
Hukum Ketertarikan Universal ( Universal Law of Attraction ) goal setting penekanannya
lebih kepada positive thinking, sementara goal praying lebih menekankan pada
positive feeling, sehingga cara kerja hukum tersebut adalah melakukan tindakan
nyata seoptimal mungkin dengan tetap mengacu pada niat dan doa yang menekankan
pada sikap keikhlasan bersyukur.
Syukur
dalam hal ini adalah lebih kepada penguatan rasa terima kasih kepada Tuhan,
atas proses tindakan nyata yang sedang dioptimalkan dan harapan atas impian
yang akan menjadi kenyataan, sekalipun sebenarnya masih dalam proses, tetapi karena
kekuatan percaya dan keyakinan bahwa Tuhan Maha Mengabulkan Doa hambanya, rasa
syukur itu sudah menjadi totalitas dalam nafasnya.
Di
sisi lain mahluk yang namanya manusia pada prinsipnya terkadang memiliki sikap
kurang sabar, kurang gigih, dan kurang ulet, atau mahluk yang penuh dengan
kekurangan terutama ketika menghadapi cobaan, masalah, halangan, rintangan dan
sejenisnya.
Dengan
segala kelemahan dan keterbatasan tersebut, sudah pasti membutuhkan sesuatu
untuk melengkapi atau mencukupkan apa yang kurang, sehingga dengan keberadaan
Doa, akan menjadi tersalurkannya kekuatan yang sungguh sangat powerful dari
Yang Maha Kuasa.
Jadi
Doa merupakan titik tolak ikhtiar baik secara batin maupun lahir, sehingga
sikap optimis yang terbaik dilakukan Adalah yakin seyakin-yakinnya bahwa tidak
ada yang mustahil, semua menjadi mungkin atas dasar izin dari Allah SWT . hal
tersebut jelas dan pasti sebagaimana Firman Allah dalam hadits Qudsi mengatakan
bahwa: "Aku adalah sebagaimana persangkaan hamba-Ku".[4]
D.
Surah
yang
Membahas Pentingnya Kerja dan Berdoa
Surah
yang membahas tentang pentingnya bekerja yang diiringi dengan do’a salah
satunya yaitu QS. Al-Jumu’ah/62: 10.
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاةُ
فَانْتَشِرُوا فِي الأرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ
كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ) .ا)
Artinya
: Apabila telah ditunaikan shalat, maka
bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingat Allah
banyak-banyak supaya kamu beruntung. (QS. Al-Jumu’ah/62: 10).
Dalam ayat tersebut di jelaskan
bahwa, umat Islam yang telah selesai menunaikan sholat diperintahkan Allah
untuk berusaha atau bekerja agar memperoleh karunia-Nya, seperti ilmu
pengetahuan, harta benda, kesehatan dan lain-lain. Dimana pun dan kapanpun kaum muslimin berada
serta apapun yang mereka kerjakan, mereka dituntut oleh agamanya agar selalu
mengingat Allah. Ayat ini juga
memerintahkan manusia untuk melakukan keseimbangan antara kehidupan di dunia
dan mempersiapakan untuk kehidupan di akhirat kelak. Caranya, selain selalu
melaksanakan ibadah ritual, juga giat bekerja memenuhi kebutuhan hidup.[5]
Dalam
ayat ini ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan yaitu:
a.
Perlunya
keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat
Pada
saat kita menyelesaikan jenis pekerjaan apapun yang menyangkut urusan duniawi,
tetap diharuskan untuk meninggalkannya jika mendengar panggilan azan hal ini
karena kerja kita telah diniatkan untuk mencari ridha Allah sehingga jika ada
panggilan untuk ibadah sholat tidak boleh berberat hati dan merasa enggan untuk
mengerjakan.
b.
Bekerja
harus selalu mengingat Allah
Dimanapun
kita bekerja kita harus selalu mengingat Allah sehingga tidak akan terperosok
untuk melakukan perbuatan yang tidak diridhai oleh Allah. Mengingat Allah tidak
melahirkan sikap hati-hati, tetapi kita semakin termotifasi untuk mencari ridha-Nya. Mengingat Allah akan
menginspirasi untuk bersikap professional dan sungguh-sungguh.
c.
Meningkatkan
produktivitas kerja
Beribadah
bukan berarti menghambat produktivitas kerja, hal-hal tertentu yang perlu
diperhatikan dalam bekerja adalah bersikap ulet, rajin, dan tidak mudah putus
asa. Meningkatkan inovasi dan kreativitas, mau belajar dari pengalaman sehingga
dapat berbuat lebih baik. Memaksimalkan kemampuan diri yang ada dan selalu
optimis. Berdoa dan bertawakal kepada Allah.[6]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kerja merupakan semua bentuk usaha yang
dilakukan manusia, baik dalam hal materi maupun non-materi, intelektual atau
fisik maupun hal-hal yang berkaitan dengan masalah keduniawian atau keakhiratan.
Sedangkan doa adalah memohon atau meminta pertolongan kepada Allah SWT.
Memanjatkan doa kepada Allah SWT, pertanda
beriman kepada- Nya. Itulah sebabnya doa dikatakan sebagai tiang agama. Meskipun demikian bukan lantas berarti hanya mengandalkan doa
semata tanpa melakukan tindakan nyata, atau melakukan kerja keras tanpa
diiringi dengan doa , oleh karenanya doa dan Usaha yang optimal wajib menjadi
dua hal yang tidak bisa terpisahkan. Bila fokus khusyuk berdoa disertai tindakan
nyata yang optimal, pasti sangat dahsyat keberkahan yang didapatkan. Oleh
karena itu sangat penting melakukan suatu pekerjaan yang diiringi dengan doa.
18
|
DAFTAR PUSTAKA
Muniira. “Makalah
Etos Kerja”, Situs Slide Share. http://www.slideshare.net/n muniraa/
Makalah-etos-kerja (20 November 2012).
Pintania.
“Etos Kerja Dalam Islam”, Blog Pintania. http://pintania.wordpress.com/etos-Kerja-dalam-islam/ (2 Januari 2012).
Al-Qur’an
Syaamil. “Arti dan Kekuatan Doa Menurut Islam”, Situs Resmi Al-Qur’an
Syaamil.http://www.alquran-syaamil.com/2013/11/arti-dan-kekuatan-doa-menurut-islam.html (8 Juli 2013).
Pustaka
Abatasa. “Pengertian Doa dan Fungsi Doa”, Situs Resmi Pustaka Abatasa.
http://m.pustaka.abatasa.co.id/pustaka/detail/doa/allsub/931/pengertian-doa-dan-fungsi-doa.html
(9 Juli 2012).
Mandong,
Laodi. “Menjadi Powerful dengan Doa”, Blog Laodi Mandong. http://
penulis165.esq-news.com/2013/artikel/07/01/menjadi-powerful-dengan-doa. html (1 Juli 2013).
Tafsir.
“Tafsir Al-Jumu’ah Ayat 1-11”, Situs Resmi Tafsir. http://www.tafsir.web.id/2013/04/tafsir-al-jumuah-ayat-1-11.html (14 April 2013).
Slideee.
“Ayat-ayat Tentang Etos Kerja”, Situs Resmi Slideee. http://www.slideee.com/slide/aya-ayat-tentang-etos-kerja (9 Mei 2014).
20
|
[1]Muniira, “Makalah Etos
Kerja”, Situs Slide Share. http://www.slideshare.net/n muniraa/
Makalah-etos-kerja (20 November 2012).
1 Pintania, “Etos Kerja Dalam Islam”, Blog Pintania. http://pintania.wordpress.com/ etos-Kerja-dalam-islam/ (2 Januari 2012).
[2]Al-Qur’an Syaamil. “Arti dan Kekuatan Doa Menurut Islam”, Situs
Resmi Al-Qur’an Syaamil.http://www.alquran-syaamil.com/2013/11/arti-dan-kekuatan-doa-menurut-islam.html (8 Juli 2013).
[4]Laodi Mandong, “Menjadi Powerful dengan Doa”, Blog Laodi Mandong. http://
penulis165.esq-news.com/2013/artikel/07/01/menjadi-powerful-dengan-doa. html (1 Juli 2013).
[5]Tafsir, “Tafsir Al-Jumu’ah Ayat 1-11”, Situs Resmi Tafsir. http://www.tafsir.web.id/2013/04/tafsir-al-jumuah-ayat-1-11.html (14 April 2013).
[6]Slideee, “Ayat-ayat Tentang Etos Kerja”, Situs Resmi Slideee. http://www.slideee.com/slide/aya-ayat-tentang-etos-kerja (9 Mei 2014).