Thursday, 31 January 2019

MAKALAH PENTINGNYA KERJA YANG DIIRINGI DENGAN DO'A



PENTINGNYA KERJA YANG DIIRINGI DENGAN DO’A

 (MAKALAH DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS
MATA KULIAH : (Ilmu Al-Qur'an)



Disusun oleh :

         ROSDIANA          
          (90400114090)           


                                                                                    

AKUNTANSI 2014
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR









KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat, taufik serta hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul “Pentingnya kerja yang diriingi oleh doa”. Makalah ini dibuat dalam  rangka memenuhi tugas ilmu al-qur’an yang membahas tentang Q.S Al-jumuah ayat 10 dengan korelasi ekonomi kontemporer
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Akhir kata, tiada gading yang  tak  retak, demikin dengan makalah  ini. Oleh karena itu, saran dan  kritik yang membangun tetap penulis nantikan demi kesempurnaan makalah selanjutnya.
Makassar, Oktober 2014

                                                                                                                 Penulis   






DAFTAR ISI
JUDUL   .................... ........................................................................................              i
KATA PENGANTAR ......................................................................................             ii
DAFTAR ISI  .....................................................................................................            iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... ........            1-2
A.     Latar Belakang  ...................................................................................             1
B.     Rumusan Masalah ................................................................................             2
BAB II PEMBAHASAN  ..................................................................................      3-17
A.       P engertian Kerja ...............................................................................            3
B.       Pengertian Do’a ................................................................................             8
a.       Fungsi Do’a ...............................................................................................              11
C.     Pentingnya Kerja yang Diiringi dengan Do’a ....................................           13
C.     Surah yang Membahas Pentingnya Kerja dan Berdoa  .....................           16
BAB III PENUTUP ...........................................................................................          18
A.       KESIMPULAN .................................................................................          18
DAFTAR PUSTAKA ...       










BAB I
PENDAHULUAN
A.                Latar Belakang
Sebagai manusia kita di wajibkan untuk berusaha dalam menggapai sebuah cita-cita. Kita tidak boleh hanya berpangku tangan dan pasrah. Ajaran agama islam melarang orang yang hanya pasrah tanpa berusaha dan berdoa, serta mengharap rahmat Allah SWT. Namun harus diingat Allah SWT akan memberikan karunia-Nya sesuai dengan usaha seseorang dan doa yang tulus. Oleh karena itu berusahalah sekuat tenaga dan berdoalah dengan khusyuk dan tulus. 
Agama Islam yang berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadits sebagai tuntunan dan pegangan bagi kaum muslimin mempunyai fungsi tidak hanya mengatur dalam segi ibadah saja melainkan juga mengatur umat dalam memberikan tuntutan dalam  masalah yang berkenaan dengan kerja ini, Abdullah bin Amr bin al-Ash mengungkapkan bahwa Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok”.
Dalam ungkapan lain dikatakan juga, “Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawahMemikul kayu  lebih  mulia dari pada mengemis, Mukmin yang kuat lebih baik dari pada mukslim yang lemah. Allah menyukai mukmin yang kuat bekerja.”. Nyatanya kita kebanyakan bersikap dan bertingkah laku justru berlawanan dengan ungkapan-ungkapan tadi.
1
Padahal dalam situasi globalisasi saat ini, kita dituntut untuk menunjukkan etos kerja yang tidak hanya rajin, gigih, setia, akan tetapi senantiasa menyeimbangkan dengan nilai-nilai Islami yang tentunya tidak boleh melampaui rel-rel yang telah ditetapkan al-Qur’an dan as-Sunnah.[1]
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu kerja dan berdoa ?
2.      Apa pentingnya kerja yang diiringi dengan doa ?
3.      Ayat Al-Quran apakah yang membahas tentang pentingnya bekerja dan berdoa?










BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kerja
Kerja dalam  pengertian luas adalah semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi maupun non-materi, intelektual atau fisik maupun hal-hal yang berkaitan dengan masalah keduniawian atau keakhiratan. Kamus besar bahasa Indonesia susunan WJS Poerdarminta mengemukakan bahwa kerja adalah perbuatan melakukan sesuatu. Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah.
KH. Toto Tasmara mendefinisikan makan dan bekerja bagi seorang muslim adalah suatu upaya sungguh-sungguh dengan mengerahkan seluruh asset dan zikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah yang menundukkan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik atau dengan kata lain dapat juga dikatakan bahwa dengan bekerja manusia memanusiakan dirinya.
Lebih lanjut dikatakan bekerja adalah aktivitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani) dan di dalam mencapai tujuannya tersebut dia berupaya dengan penuh kesungguhan untuk mewujudkan prestasi yang optimal sebagai bukti pengabdian dirinya kepada Allah SWT.
3
Di dalam kaitan ini, al-Qur’an banyak membicarakan tentang aqidah dan keimanan yang diikuti oleh ayat-ayat tentang kerja, pada bagian lain ayat tentang kerja tersebut dikaitkan dengan masalah kemaslahatan, terkadang dikaitkan juga dengan hukuman dan pahala di dunia dan di akhirat. Al-Qur’an juga mendeskripsikan kerja sebagai suatu etika kerja positif dan negative.
Pengertian kerja dalam keterangan di atas, dalam Islam amatlah luas, mencakup seluruh pengerahan potensi manusia. Adapun pengertian kerja secara khusus adalah setiap potensi yang dikeluarkan manusia untuk memenuhi tuntutan hidupnya berupa makanan, pakaian, tempat tinggal, dan peningkatan taraf hidup.
Inilah pengertian kerja yang bisa dipakai dalam dunia ketenaga-kerjaan dewasa ini, sedangkan bekerja dalam lingkup pengertian ini adalah orang yang bekerja dengan menerima upah baik bekerja harian, maupun bulanan dan sebagainya.
Pembatasan seperti ini didasarkan pada realitas yang ada di negara-negara komunis maupun kapitalis yang mengklasifikasikan masyarakat menjadi kelompok buruh dan majikan, kondisi semacam ini pada akhirnya melahirkan kelas buruh yang seringkali memunculkan konflik antara kelompok buruh atau pun pergerakan yang menuntut adanya perbaikan situasi kerja, pekerja termasuk hak mereka.
Konsep klasifikasi kerja yang sedemikian sempit ini sama sekali tidak dalam Islam, konsep kerja yang diberikan Islam memiliki pengertian namun demikian jika menghendaki penyempitan pengertian (dengan tidak memasukkan kategori pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan ibadah dan aktivitas spiritual) maka pengertian kerja dapat ditarik pada garis tengah, sehingga mencakup seluruh jenis pekerjaan yang memperoleh keuntungan (upah), dalam pengertian ini tercakup pula para pegawai yang memperoleh gaji tetap dari pemerintah, perusahaan swasta, dan lembaga lainnya.
Dalam bekerja setiap pekerjamuslim (muslimah) hendaknya sesuai dengan etika Islam.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mencintai salah seorang diantara kamu yang melakukan pekerjaan dengan itqon (tekun, rapi dan teliti)” (HR. al-Baihaki).
Dalam memilih seseorang ketika akan diserahkan tugas, rasulullah melakukannya dengan selektif. Diantaranya dilihat dari segi keahlian, keutamaan (iman) dan kedalaman ilmunya. Beliau senantiasa mengajak mereka agar itqon dalam bekerja.
Sebagaimana dalam awal tulisan ini dikatakan bahwa banyak ayat al-Qur’an menyatakan kata-kata iman yang diikuti oleh amal saleh yang orientasinya kerja dengan muatan ketaqwaan.
Penggunaan istilah perniagaan, pertanian, hutang untuk mengungkapkan secara ukhrawi menunjukkan bagaimana kerja sebagai amal saleh diangkatkan oleh Islam pada kedudukan terhormat.
Pandangan Islam tentang pekerjaan perlu kiranya diperjelas dengan usaha sedalam-dalamnya. Sabda Nabi SAW yang amat terkenal bahwa nilai-nilai suatu bentuk kerja tergantung pada niat pelakunya. Dalam sebuah hadits diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda bahwa “sesungguhnya (nilai) pekerjaan itu tergantung pada apa yang diniatkan” (HR. Bukhari dan Muslim).
Tinggi rendahnya nilai kerja itu diperoleh seseorang tergantung dari tinggi rendahnya niat. Niat juga merupakan dorongan batin bagi seseorang untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan sesuatu.
Nilai suatu pekerjaan tergantung kepada niat pelakunya yang tergambar pada firman Allah SWT agar kita tidak membatalkan sedekah (amal kebajikan) dan menyebut-nyebutnya sehingga mengakibatkan penerima merasa tersakiti hatinya.
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya Karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian…” (QS Al-Baqarah/2: 264).
Keterkaitan ayat-ayat di atas memberikan pengertian bahwa taqwa merupakan dasar utama kerja, apapun bentuk dan jenis pekerjaan, maka taqwa merupakan petunjuknya. Memisahkan antara taqwa dengan iman berarti mengucilkan Islam dan aspek kehidupan dan membiarkan kerja berjalan pada wilayah kemashlahatannya sendiri. Bukan kaitannya dalam pembangunan individu, kepatuhan kepada Allah SWT serta pengembangan umat manusia.
Perlu kiranya dijelaskan disini bahwa kerja mempunyai etika yang harus selalu diikut sertakan didalamnya, oleh karenanya kerja merupakan bukti adanya iman dan barometer bagi pahala dan siksa. Hendaknya setiap pekerjaan disampung mempunyai tujuan akhir berupa upah atau imbalan, namun harus mempunyai tujuan utama, yaitu memperoleh keridhaan Allah SWT. Prinsip inilah yang harus dipegang teguh oleh umat Islam sehingga hasil pekerjaan mereka bermutu dan monumental sepanjang zaman.
Jika bekerja menuntut adanya sikap baik budi, jujur dan amanah, kesesuaian upah serta tidak diperbolehkan menipu, merampas, mengabaikan sesuatu dan semena-mena, pekerjaan harus mempunyai komitmen terhadap agamanya, memiliki motivasi untuk menjalankan seperti bersungguh-sungguh dalam bekerja dan selalu memperbaiki muamalahnya. Disamping itu mereka harus mengembangkan etika yang berhubungan dengan masalah kerja menjadi suatu tradisi kerja didasarkan pada prinsip-prinsip Islam.
Adapun hal-hal yang penting tentang etika kerja yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
1.      Adanya keterkaitan individu terhadap Allah, kesadaran bahwa Allah melihat, mengontrol dalam kondisi apapun dan akan menghisab seluruh amal perbuatan secara adil kelak di akhirat. Kesadaran inilah yang menuntut individu untuk bersikap cermat dan bersungguh-sungguh dalam bekerja, berusaha keras memperoleh keridhaan Allah dan mempunyai hubungan baik dengan relasinya. Dalam sebuah hadis rasulullah bersabda, “sebaik-baiknya pekerjaan adalah usaha seorang pekerja yang dilakukannya secara tulus.” (HR Hambali)
2.      Berusaha dengan cara yang halal dalam seluruh jenis pekerjaan. Firman Allah SWT :
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.” (QS Al-Baqarah/2: 172).
3.      Dilarang memaksakan seseorang, alat-alat produksi atau binatang dalam bekerja, semua harus dipekerjakan secara professional dan wajar.
4.      Islam tidak membolehkan pekerjaan yang mendurhakai Allah yang ada kaitannya dengan minuman keras, riba dan hal-hal lain yang diharamkan Allah.
5.      Professionalisme yaitu kemampuan untuk memahami dan melakukan pekerjaan sesuai dengan prinsip-prinsip keahlian. Pekerja tidak cukup hanya memegang teguh sifat amanah, kuat dan kreatif serta bertaqwa tetapi dia juga mengerti dan benar-benar menguasai pekerjaannya. Tanpa professionalisme suatu pekerjaan akan mengalami kerusakan dan kebangkrutan juga menyebabkan menurunnya produktivitas bahkan sampai kepada kesemrautan manajemen serta kerusakan alat-alat produksi.1

B.     Pengertian Doa
Secara harfiah, doa berarti memohon, doa pun identik dengan kata lain; dakwah. Sehingga doa bisa juga berarti mengajak atau mengundang agar datang. Doa yang berarti permohonan mekanismenya melakukan permohonan langsung kepada Allah swt agar diberikan kebaikan, keberkahan, kemudahan,  kesehatan  dan jalan keluar dari kesulitan dan lain-lain. Sementara doa yang berarti mengundang hadir atau mengajak dilakukan dengan cara menghadirkan arti-arti sifat Allah swt. yang berjumlah 99  (asmaul husna)di setiap perilaku kita sehari-hari. Hal ini dijelaskan dalam QS Al-A’raf/7: 180.

وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ ۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ   

"Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-A’raf/7: 180).[2]
DOA (DU’A) adalah memohon atau meminta pertolongan kepada Allah SWT. Akan tetapi bukan berarti hanya orang-orang yang sedang ditimpa musibah saja yang layak memanjatkan doa. Dalam keadaan segar-bugar dan tidak kekurangan suatu apa pun, sebagai manusia, kiranya kita layak berdoa. Setidaknya berdoalah memohon perkenan Allah SWT untuk mengampuni segala dosa-dosa, baik yang kita segaja maupun tidak. Juga meminta tetap diberi kekuatan iman dan kesehatan agar dapat melaksanakan segala perintah-Nya. Lalu memohon perlindungan-Nya dari gangguan setan dan hawa nafsu kita sendiri supaya tidak terjerembab dalam jurang maksiat.
Apalagi jika kita sadari bahwa situasi dan kondisi yang kita hadapi sehari-hari berputar bagai roda pedati. Mungkin saja hari ini kita bisa beribadah dengan baik dan ikhlas, namun siapa tahu hari- hari berikutnya kita didera rasa malas? Boleh jadi hari ini kita begitu bahagia, tetapi siapa tahu nasib kita pada esok atau lusa menjadi sebaliknya? Karena itulah dalam
keadaan sebaik apa pun kita tetap perlu berdoa. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Tiada sesuatu yang paling mulia dalam -pandangan Allah, selain dari berdoa kepada-Nya, sedang kita dalam keadaan lapang." (HR. Al-Hakim).
Tentu saja dalam berdoa jangan memohon sesuatu yang menurut kita baik, padahal sesungguhnya buruk. Suatu misal karena sudah lama menderita sakit parah, karena merasa selalu tersiksa lalu kita memohon kematian. Bukankah seharusnya kita memohon kesem­buhan. Nabi saw. juga melarang kita memohon mati. Abu Huroiroh ra. mengutarakan, Muhammad Rosulullah saw. bersabda, ’’Sekali-kali janganlah kalian meminta mati. Jangan pula mendoakannya sebelum mati itu datang sendiri. Sebab jika kamu telah mati, maka berhentilah kalian beramal. Sesungguhnya bertambah panjang umur seorang mukmin, bertambah pula kebaikan yang dapat diperbuatnya". (HR. Muslim).
Allah SWT juga berjanji untuk mengabulkan doa para hamba- Nya. Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku perkenankan bagimu." (QS. Ghafir/40: 60). "Dan Dia mem­perkenankan (doa) orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta menambah (pahala) kepada mereka dari karunia-Nya. (QS. Asy- Syura/42: 26).
Dalam hadits juga diungkapkan bahwa Allah SWT tidak akan menolak doa hamba-Nya. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah, Tuhan Yang Maha Hidup lagi Maha Mulia, merasa malu jika seseorang mengangkat kedua tangannya untuk berdoa, lalu or­ang itu ditolak dengan kosong dan kecewa". (HR. Empat Ahli Hadits, kecuali Nasai dari Salman ra).
Dengan demikian setiap doa pasti dikabulkan oleh-Nya. Bahkan ada tiga orang yang mendapat prioritas doanya segera dikabulkan.
Muhammad Rosulullah saw. menerangkan, "Ada tiga orang yang sekali- kali tidak akan ditolak doanya oleh Allah SWT, ialah orang yang sedang berpuasa sampai waktu menjelang berbuka, kepala negara yang adil, dan orang yang teraniaya." (HR. Tirmidzi dari Abu Huroiroh ra).
Jika doa-doa yang telah kita panjatklan belum terkabulkan, bukan berarti bahwa doa kita tersebut ditolak. Muhammad Rosulullah saw. bersabda: "Apabila seorang muslim menyungkurkan wajahnya (sujud) kepada Allah dalam memohon sesuatu, pasti Allah memberinya. Dan pemberian itu disegerakan atau menjadi simpanan di akhirat". (HR. Ahmad dari Abu Huroiroh ra.).
1.      Fungsi Doa
Doa merupakan unsur yang paling esensial dalam ibadah. Muhammad Rosulullah saw. bersabda: "Tidak ada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah Ta’ala dibandingkan doa". (HR. Ahmad, Bukhori, Tirmidzi dan Nasai) Sebab sebagaimana diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Anas ra., menurut Nabi saw. doa adalah ibadah karena:
a.       mematuhi perintah Allah SWT, yakni firman-Nya: "Berdoalah kamu kepada-Ku, niscaya Aku mengabulkan doamu;
b.      doa merupakan cermin menghambakan diri kepada Allah SWT; dan
c.       pengakuan, bahwa hanya Allah SWT Yang Maha Berkuasa dan Maha Berkehendak, sehingga hanya Dia-lah yang    dapat mengabulkan dan mewujudkan segala keinginan kita.
Ada beberapa keutamaan yang akan kita peroleh dalam berdoa adalah :
a.       Allah menyertai hamba-nya yang berdoa. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah             berfirman: ’Aku selalu dalam persangkaan hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku selalu bersamanya ketika ia berdoa kepada-Ku" (HR. Bukhori Muslim dari Abu Huroiroh ra).
b.      Doa senjata orang mukmin. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Doa adalah senjata orang mukmin, dan             tiang agama, serta cahaya langit dan bumi". (HR. Hakim dari Ali bin Abi Tholib ra).
c.       Doa datangkan keselamatan. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Janganlah engkau merasa lemah untuk             berdoa, sebab sesungguhnya tidak seorang pun yang binasa selama ia tetap berdoa".(HR. Ibnu Hiban dan      Hakim dari Anas ra).
d.      Doa menolak bencana, dan menolak tipu daya musuh. Muhammad Rosulullah saw. bersabda,"Doa berguna             terhadap apa saja yang telah menimpa seseorang, dan hal-hal yang   belum turun kepadanya. Sesungguhnya bencana pasti akan turun, dan akan ditemui oleh, doa. Lalu keduanya selalu bersaingan sampai hari kiamat".    (HR. Bazaar dan Thobroni dari Aisyah ra) Maksudnya, bencana senantiasa mengintai manusia, dan semua       itu dapat ditolak hanya dengan doa.
Memanjatkan doa kepada Allah SWT, pertanda beriman kepada- Nya. Itulah sebabnya doa dikatakan sebagai tiang agama. Doa yang dipanjatkan oleh orang-orang beriman tersebut, jika diawali atau diakhiri dengan bacaan sholawat, akan dibawa naik oleh para malaikat. Maka tidak salah jika doa itu diibaratkan cahaya langit dan bumi.[3]

C.    Pentingnya Kerja yang Diiringi dengan Do’a
Predikat kesombongan bukan hanya disandang oleh kaum yang suka pamer atas harta, tahta dan wanita, melainkan manusia yang tidak pernah berdoa ternyata juga digolongkan sebagai orang-orang sombong. Hal tersebut jelas sekali dalam Firman Allah SWT disebutkan bahwa : "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan kuperkenangkan bagimu, Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina". (QS. Ghair/40: 60).
Kisah berikut memberi gambaran bahwa begitu sangat powerful nya Doa, dan betapa pentingnya memohon lewat Doa dalam menemukan solusi, Suatu ketika dalam peperangan besar, Nabi Muhammad SAW ber Doa dengan sangat khusyuk dan diiringi dengan isak tangis kepada ALLAH SWT yaitu: ”Ya Allah, jika Engkau tidak menolong kami, maka engkau tidak akan disembah selamanya, kecuali jika engkau berkehendak untuk tidak disembah selamanya.” Secara sepintas isi doa tersebut kelihatannya mengancam, tetapi hal yang sangat mendasar sekali bahwa Doa tersebut terlahir dari landasan keimanan dan perasaan akan kelemahan diri baginda Nabi, tidak ada sedikitpun kesombongan, semata Doa tersebut beliau munajatkan sebagai wujud permohonan kebutuhan yang sungguh sangat mendesak akan intervensi Al-Mujiib, Allah Sang Maha Pemenuh Doa.
Nabi Muhammad SAW ketika itu menyadari akan kondisinya bahwa dengan jumlah pasukan hanya 313, sangat kecil kemungkinannya akan memenangkan peperangan tanpa campur tangan dari Allah SWT, dan permohonan tersebut ternyata terkabulkan.
Dari kissah tersebut memberi makna bahwa, begitu sangat pentingnya Doa bagi makluk yang menghambakan diri kepada Allah SWT, karena dengan Doa menjadi pengingat bagi manusia untuk selalu berjalan pada rel-rel kebenaran, jalan yang pasti di ridhoi Allah SWT, dengan Doa sikap antusiasme bisa terpelihara, sehingga menjadi spirit yang Powerful untuk perjuangan dalam rangka pencapaian kesuksesan. Doa juga diasosiasikan ibarat pedang, dengan berdoa Allah SWT sangat senang sekali, bahkan kalau tidak berdoa manusia dianggap sebagai orang yang sombong.
Meskipun demikian bukan lantas berarti hanya mengandalkan Doa semata tanpa melakukan tindakan nyata, atau melakukan kerja keras tanpa diiringi dengan Doa , oleh karenanya Doa dan Usaha yang optimal wajib menjadi dua hal yang tidak bisa terpisahkan, "Ora et labora", artinya "Berusaha dan berdoa."
Bila fokus khusyuk berdoa disertai tindakan nyata yang optimal, hasilnya pasti sangat dahsyat keberkahannya, sementara jika hanya mengutamakan tindakan nyata tanpa dibarengi dengan berdoa kemungkinan ada hasil, tetapi keberkahannya juga kemungkinan dipertanyakan.
Menurut Profesor Quraish Shihab : “Doa adalah wujud pengakuan dari kedhoifan manusia sekaligus pengakuan akan keMahaan Allah”. Sedangkan menurut Syari'at Do'a adalah merupakan permohonan atau permintaan kepada Allah SWT tentang apa yang diinginkan terkait dengan hal bermanfaat dan terbebas atau tercegah dari hal yang mudharat.
Dengan demikian sebagai hamba yang dhoif, serba penuh keterbatasan, maka kebutuhan akan Ridho Sang Maha Segalanya sungguh sangat penting, berdoa untuk kesuksesan atau “ goal praying “sama pentingnya dengan “ goal setting “. Artinya Impian harus selalu dipanjatkan lewat Doa kepada Allah SWT.
Dalam Hukum Ketertarikan Universal ( Universal Law of Attraction ) goal setting penekanannya lebih kepada positive thinking, sementara goal praying lebih menekankan pada positive feeling, sehingga cara kerja hukum tersebut adalah melakukan tindakan nyata seoptimal mungkin dengan tetap mengacu pada niat dan doa yang menekankan pada sikap keikhlasan bersyukur.
Syukur dalam hal ini adalah lebih kepada penguatan rasa terima kasih kepada Tuhan, atas proses tindakan nyata yang sedang dioptimalkan dan harapan atas impian yang akan menjadi kenyataan, sekalipun sebenarnya masih dalam proses, tetapi karena kekuatan percaya dan keyakinan bahwa Tuhan Maha Mengabulkan Doa hambanya, rasa syukur itu sudah menjadi totalitas dalam nafasnya.
Di sisi lain mahluk yang namanya manusia pada prinsipnya terkadang memiliki sikap kurang sabar, kurang gigih, dan kurang ulet, atau mahluk yang penuh dengan kekurangan terutama ketika menghadapi cobaan, masalah, halangan, rintangan dan sejenisnya.
Dengan segala kelemahan dan keterbatasan tersebut, sudah pasti membutuhkan sesuatu untuk melengkapi atau mencukupkan apa yang kurang, sehingga dengan keberadaan Doa, akan menjadi tersalurkannya kekuatan yang sungguh sangat powerful dari Yang Maha Kuasa.
Jadi Doa merupakan titik tolak ikhtiar baik secara batin maupun lahir, sehingga sikap optimis yang terbaik dilakukan Adalah yakin seyakin-yakinnya bahwa tidak ada yang mustahil, semua menjadi mungkin atas dasar izin dari Allah SWT . hal tersebut jelas dan pasti sebagaimana Firman Allah dalam hadits Qudsi mengatakan bahwa: "Aku adalah sebagaimana persangkaan hamba-Ku".[4]

D.    Surah yang Membahas Pentingnya Kerja dan Berdoa
Surah yang membahas tentang pentingnya bekerja yang diiringi dengan do’a salah satunya yaitu QS. Al-Jumu’ah/62: 10.
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الأرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ )  .ا)

Artinya : Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingat Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (QS. Al-Jumu’ah/62: 10).
 Dalam ayat tersebut di jelaskan bahwa, umat Islam yang telah selesai menunaikan sholat diperintahkan Allah untuk berusaha atau bekerja agar memperoleh karunia-Nya, seperti ilmu pengetahuan, harta benda, kesehatan dan lain-lain. Dimana pun dan kapanpun kaum muslimin berada serta apapun yang mereka kerjakan, mereka dituntut oleh agamanya agar selalu mengingat Allah.  Ayat ini juga memerintahkan manusia untuk melakukan keseimbangan antara kehidupan di dunia dan mempersiapakan untuk kehidupan di akhirat kelak. Caranya, selain selalu melaksanakan ibadah ritual, juga giat bekerja memenuhi kebutuhan hidup.[5]
Dalam ayat ini ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan yaitu:
a.       Perlunya keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat
Pada saat kita menyelesaikan jenis pekerjaan apapun yang menyangkut urusan duniawi, tetap diharuskan untuk meninggalkannya jika mendengar panggilan azan hal ini karena kerja kita telah diniatkan untuk mencari ridha Allah sehingga jika ada panggilan untuk ibadah sholat tidak boleh berberat hati dan merasa enggan untuk mengerjakan.
b.      Bekerja harus selalu mengingat Allah
Dimanapun kita bekerja kita harus selalu mengingat Allah sehingga tidak akan terperosok untuk melakukan perbuatan yang tidak diridhai oleh Allah. Mengingat Allah tidak melahirkan sikap hati-hati, tetapi kita semakin termotifasi  untuk mencari ridha-Nya. Mengingat Allah akan menginspirasi untuk bersikap professional dan sungguh-sungguh.
c.       Meningkatkan produktivitas kerja
Beribadah bukan berarti menghambat produktivitas kerja, hal-hal tertentu yang perlu diperhatikan dalam bekerja adalah bersikap ulet, rajin, dan tidak mudah putus asa. Meningkatkan inovasi dan kreativitas, mau belajar dari pengalaman sehingga dapat berbuat lebih baik. Memaksimalkan kemampuan diri yang ada dan selalu optimis. Berdoa dan bertawakal kepada Allah.[6]


BAB III
PENUTUP
A.          Kesimpulan
Kerja merupakan semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi maupun non-materi, intelektual atau fisik maupun hal-hal yang berkaitan dengan masalah keduniawian atau keakhiratan. Sedangkan doa adalah memohon atau meminta pertolongan kepada Allah SWT.
Memanjatkan doa kepada Allah SWT, pertanda beriman kepada- Nya. Itulah sebabnya doa dikatakan sebagai tiang agama. Meskipun demikian bukan lantas berarti hanya mengandalkan doa semata tanpa melakukan tindakan nyata, atau melakukan kerja keras tanpa diiringi dengan doa , oleh karenanya doa dan Usaha yang optimal wajib menjadi dua hal yang tidak bisa terpisahkan. Bila fokus khusyuk berdoa disertai tindakan nyata yang optimal, pasti sangat dahsyat keberkahan yang didapatkan. Oleh karena itu sangat penting melakukan suatu pekerjaan yang diiringi dengan doa.
18
Ayat yang menerangkan pentingnya kerja yang diiringi dengan doayaitu diterangkan dalam ayat Al-Qur’an salah satunya yaitu QS Al-Jumu’ah/62 : 10. Dalam ayat tersebut di jelaskan bahwa, umat Islam yang telah selesai menunaikan sholat diperintahkan Allah untuk berusaha atau bekerja agar memperoleh karunia-Nya, seperti ilmu pengetahuan, harta benda, kesehatan dan lain-lain. Dimana pun dan kapanpun kaum muslimin berada serta apapun yang mereka kerjakan, mereka dituntut oleh agamanya agar selalu mengingat Allah.  Ayat ini juga memerintahkan manusia untuk melakukan keseimbangan antara kehidupan di dunia dan mempersiapakan untuk kehidupan di akhirat kelak. Caranya, selain selalu melaksanakan ibadah ritual, juga giat bekerja memenuhi kebutuhan hidup.



DAFTAR PUSTAKA
Muniira. “Makalah Etos Kerja”, Situs Slide Share. http://www.slideshare.net/n muniraa/ Makalah-etos-kerja (20 November 2012).
Pintania. “Etos Kerja Dalam Islam”, Blog Pintania. http://pintania.wordpress.com/etos-Kerja-dalam-islam/ (2 Januari 2012).
Al-Qur’an Syaamil. “Arti dan Kekuatan Doa Menurut Islam”, Situs Resmi Al-Qur’an Syaamil.http://www.alquran-syaamil.com/2013/11/arti-dan-kekuatan-doa-menurut-islam.html (8 Juli 2013).
Pustaka Abatasa. “Pengertian Doa dan Fungsi Doa”, Situs Resmi Pustaka Abatasa. http://m.pustaka.abatasa.co.id/pustaka/detail/doa/allsub/931/pengertian-doa-dan-fungsi-doa.html (9 Juli 2012).
Mandong, Laodi. “Menjadi Powerful dengan Doa”, Blog Laodi Mandong. http:// penulis165.esq-news.com/2013/artikel/07/01/menjadi-powerful-dengan-doa. html (1 Juli 2013).
Tafsir. “Tafsir Al-Jumu’ah Ayat 1-11”, Situs Resmi Tafsir. http://www.tafsir.web.id/2013/04/tafsir-al-jumuah-ayat-1-11.html (14 April 2013).
Slideee. “Ayat-ayat Tentang Etos Kerja”, Situs Resmi Slideee. http://www.slideee.com/slide/aya-ayat-tentang-etos-kerja (9 Mei 2014).

20
 


[1]Muniira, “Makalah Etos Kerja”, Situs Slide Share. http://www.slideshare.net/n muniraa/ Makalah-etos-kerja (20 November 2012).
1 Pintania, “Etos Kerja Dalam Islam”, Blog Pintania. http://pintania.wordpress.com/ etos-Kerja-dalam-islam/ (2 Januari 2012).
[2]Al-Qur’an Syaamil. “Arti dan Kekuatan Doa Menurut Islam”, Situs Resmi Al-Qur’an Syaamil.http://www.alquran-syaamil.com/2013/11/arti-dan-kekuatan-doa-menurut-islam.html (8 Juli 2013).
[3]Pustaka Abatasa, “Pengertian Doa dan Fungsi Doa”, Situs Resmi Pustaka Abatasa. http://m. pustaka.abatasa. co.id/pustaka/ detail/doa/allsub/ 931/pengertian-doa-dan-fungsi-doa.html (9 Juli 2012).
[4]Laodi Mandong, “Menjadi Powerful dengan Doa”, Blog Laodi Mandong. http:// penulis165.esq-news.com/2013/artikel/07/01/menjadi-powerful-dengan-doa. html (1 Juli 2013).
[5]Tafsir, “Tafsir Al-Jumu’ah Ayat 1-11”, Situs Resmi Tafsir. http://www.tafsir.web.id/2013/04/tafsir-al-jumuah-ayat-1-11.html (14 April 2013).
[6]Slideee, “Ayat-ayat Tentang Etos Kerja”, Situs Resmi Slideee. http://www.slideee.com/slide/aya-ayat-tentang-etos-kerja (9 Mei 2014).