“BERKOMPETISI
DALAM KEBAIKAN”
Ahmad Toha
Ike Lulu
Faisal Rumlus
Rosdiana
Siti Fatmala
Zulfitra
Madrasah Aliyah Negeri Model Sorong
Tahun Ajaran 2012-2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karuniaNYa kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Berkompetisi Dalam Kebaikan. Penulisan makalah tentang Berkompetisi
Dalam Kebaikan ini bertujuan tidak lain adalah untuk memenuhi tugas Al-Qur’an
hadits.
Kesulitan yang kami hadapi dalam
membuat makalah ini adalah kurangnya sumber informasi. Namun, kesalahan adanya
memang di manusia dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata.
Ucapan terima kasih kami ucapkan
kepada segenap kalangan yang telah membantu kami dalam penulisan makalah ini,
mengimgat segala keterbatasan dan kekurangan yang kami miliki.
Sorong, Februari 2013
Tim Penulis
BAB I
PEMBAHASAN
Berkompetisi Dalam Kebaikan
Berkompetisi artinya berlomba-lomba dalam mencapai suatu tujuan. Orang berlomba dan selalu berusaha untuk berada pada posisi yang paling depan, baik dalam hal yang kongkrit maupun dalam hal yang tidak kongkrit.
Berkompetisi artinya berlomba-lomba dalam mencapai suatu tujuan. Orang berlomba dan selalu berusaha untuk berada pada posisi yang paling depan, baik dalam hal yang kongkrit maupun dalam hal yang tidak kongkrit.
Hidup
adalah kompetisi. Bukan hanya untuk menjadi yang terbaik tapi juga kompetisi
untuk meraih cita-cita yang diinginkan. Namun sayang banyak orang terjebak pada
kompetisi semu yang hanya memperturutkan syahwat hawa nafsu duniawi dan jauh
dari suasana robbani. Kompetisi harta-kekayaan, kompetisi usaha-pekerjaan,
kompetisi jabatan-kedudukan dan kompetisi lainnya.yang semuanya bak
fatamorgana. Indah menggoda tapi sesungguhnya tiada. Itulah kompetisi yang
menipu. Bahkan yang sangat memilukan tak jarang dalam kompetisi selalu diiringi
“suudzhon” buruk sangka bukan hanya kepada manusia tapi juga kepada Allah swt.
Yang lebih merugi lagi jika rasa iri dan riya ikut bermain.
Lalu bagaimanakah selayaknya kompetisi bagi orang-orang yang beriman? Allah swt telah memberikan pengarahan bahkan penekanan kepada orang-orang beriman untuk berkompetisi dalam kebaikan sebagaimana firmanNya: “....Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berkompetisilah berbuat kebajikan...” (QS. 5:48). Selalu berkompetisi, itulah sejatinya seorang mukmin karena dengan kompetisi itu seseorang mukmin :
a.
Berkesempatan untuk
menjadi hamba yang dimuliakan Allah swt. “...Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu...” (QS.49:13).
b.
Berpeluang juga menjadi
hamba yang paling terbaik seperti diungkapkan Allah dalam surat Al-Mulk: Yang
menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang
lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (QS.67:2).
c.
Berpeluang menjadi
hamba yang paling bermanfaat. “Sebaik-baik kamu adalah yang paling banyak
manfaatnya bagi orang lain (Al-Hadits)
d.
Berpeluang untuk
menjadi orang yang paling dicintai Allah. “....Sesungguhnya Allah mencintai
orang-orang yang berbuat kebaikan”(QS.2:195)
Untuk berkompetisi dalam kebaikan, Allah swt telah menyediakan lintasan dengan berbagai sarananya baik sarana habluminallah maupun sarana habluminannas. Dan sebaik-baik lintasan adalah lintasan ramadhan karena memang ramadhan itu adalah bulan kompetisi yang di dalamnya terkumpul sarana habluminallah seperti puasa, shalat, tilawah, i’tikaf dan lainnya dengan segala keistimewaannya dan sarana habluminannas seperti zakat, infak, bersilaturrahim, memberi makan berbuka, saling memaafkan dan lainnya pula dengan segala keutamaanya. Semua sarana tersebut merupakan kesempatan yang Allah berikan kepada orang-orang mukmin untuk berkompetisi siapa yang terbaik. Berkompetisi yang sesungguhya. Siapa yang sholeh kepada Allah dan siapa yang sholeh kepada manusia?! Semua orang mukmin punya peluang yang sama karena siapapun yang terbaik Allah swt akan memakaikan kepadanya mahkota kemuliaan, mahkota kemenangan, mahkota kefitrahan dan mahkota ketaqwaan.
Abu bakar As Siddiq dan Umar bin Khatab telah mengajarkan kepada kita bagaimana berkompetisi dalam kebaikan. Ketika rasulullah mengumumkan kepada kaum muslimin untuk berinfak, Abu Bakar As Shiddiq bersegera menginfakkan seluruh harta kekayaan yang dimilikinya dan Umar bin Khattab menginfakkan setengah dari harta yang dimilikinya.
Q.S AL-BAQARAH :148
وَلِكُلٍّ
وِجْحَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَا
سْتَبِقُوْا الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا
تَكُو نُوْاْ يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيْعًا
إِنَّ اللَّهَ عَلىَ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
(148)
Artinya :
Dan bagi tiap-tiap umat ada
kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam
membuat) kebaikan dimana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu
sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
(Q.S Al-baqarah :148)
a.
Penjelasan
Setelah
Allah menjelaskan Hujjah kepada kaum ahli kitab, kemudian Allah menjelaskan
bahwa sebenarnya mereka mengetahui Nabi Muhammad SAW itu benar-benar Nabi.
Mereka mengetahui keNabian Muhammad sseperti halnya mereka mengetahui tentang
anak-anak mereka. Keingkaran mereka terhadap perpindahan kiblat merupakan
bentuk dan sikap takabur dan kekafiran mereka. Mereka sangat sadar, jika
mengimani keNabian Muhammad, maka jelas apa yang dilakukan Nabi adalah wahyu
hingga kaum mereka akan tunduk kepada Nabi Muhammad. Dan hal inilah yang tidak
pernah mereka sukai.
Secara
global ayat ini dapat dipahami sebagai dorongan kepada umat Islam untuk selalu
berlomba-lomba dalam kebaikan. Tentunya untuk melihat sebuah perbuatan tersebut
baik atau tidak, harus merujuk sesuai dengan aturan Allah SWT yaitu al-Quran
dan hadits yang shahih.
Pada
ayat ini Allah menjelaskan bahwa setiap umat / pemeluk suatu agam mempunyai
kiblat masing-masing. Mereka menghadap kearah kiblat tersebut ketika melakukan
ibadah. Kewajiban umat, adalah melaksanakan apa yang diperintahkan melalui
wahyu, sekalipun tidak disebutkan hikmah yang terkandung di dalam perintah
menghadap kiblat itu. Tetapi Allah akan tetap memberi pahala kepada setiap orang
yang mengerjakan amal baik. Dan kaum Muslimin mempunyai kiblat yang ditetapkan
lengsung oleh Allah yaitu ka’bah.
Tafsir
Kata ,,Fastabiqul Khairat” adalah bergegaslah kalian untuk
melakukan berbagai kebaikan, dan berusahalah sekuat tenaga agar setiap orang
diantara kalian berlomba mencapai kebaikan. Dalam hal ini kalian harus
mengikuti orang yang memberi petunjuk. Dan jangan sekali-kali mengikuti
perintah sombong yang selalu mengikutkan hawa nafsu dan mengesampingkan
kebenaran. Jika kalian mengikuti petunjuk orang-orang yang tersebut terakhir
ini, berarti kalian telah melibatkan diri pada perlombaan dalam bidang
kejahatan, kejelekan dan kesesatan. Sebab Allah telah menegaskan dalam
firman-nya :
فَمَا ذَا بَعْدَ
الْحَقِّ إِلاَّ اضّلَلُ
Artinya
: “..... maka tidak ada sesudah kebenaran itu melainkan kesesatan....”
Pada
kelanjutan ayat berikut “Aina maa takuunuu yakti bikumullahu jamii’aan”
ditegaskan, bahwa dimanapun kalian berada, Allah akan mencabut kalian, dan
mengumpulkan kalian semua untuk diperhitungkan seluruh perbuatan yang tyelah
kalian kerjakan. Karenanya, demi kemaslahatan kalian, wajib kalian berlomba
untuk mencari kebaikan. Adapun masalah Negara dan tempat dimana kalian berada,
sama sekali tidak mengait urusan agama. Pendeknya harus berbnuat baik.
Dalam
masalah ini Allah telah menjanjikan kepada orang-orang taat, dengan pahala, dan
mengancam orang-orang yang berbuat maksiat dengan siksaan.
Kemudian
di akhir ayat ini, Allah tegaskan, bahwa bagi Allah adalah sangat mudah
mengumpulkasn kalian besok dihari pembalasan, sekalipun letak kalian sangat
berjauhan, seluruh hamba Allah akan dikumpulkan menjadi satu dalam waktu yang
sangat singkat.
Perintah
untuk berlomba dalam berbuat baik, pengertiannya masih berlaku global. Ada ayat
lain yang memerincikan maksud ayat tersebut, sebagaimana firman Allah dalam
Q.S. Al Baqarah : 177
Artinya :
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke
arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu
ialah beriman kepada Allah, hari Keumdian, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
Nabi-Nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang yang meminta-minta ;
dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat
; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang
yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah
orang-orang yang benar (imannya) : dan
mereka itulah orang-orang yang bertaqwa. (Q.S. Al-Baqarah : 177 )
Menurut keterangan ayat diatas
kebajikan itu adalahy meliputi :
1.
Beriman kepada Allah,
hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, Nabi-Nabi
2.
Memberikan harta yang
dicintainya, kepada kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang
memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta: dan (memerdekakan)
hamba sahaya
3.
Mendirikan shalat
4.
Menunaikan zakat
5.
Menepati janji
6.
Sabar, baik dalam
kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.
BAB II
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jadi, Sebuah
amal dikatakan jika di niati ikhlas karena Allah, pengertian dari
berlomba-lomba dalam kebaikan disini adalah berlomba dalam mencari kebaikan
yang diridhai oleh Allah. Sebagai manusia ciptaan Allah sudah sepantasnya kita
untuk berlomba dalam mencari karuniaNya, dan untuk mencari karuniaNya salah
satunya adalah dengan berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya guna untuk bekal di
hari akhir nanti.
B. SARAN
Marilah
kita terus berkompetisi dalam kebaikan atas dasar iman dan cinta kepadaNya.
Karena kompetisi seperti itulah yang mengundang ampunan Allah atas segala dosa
dan khilaf yang kita lakukan. Mumpung Allah masih memberikan kesempatan kepada
kita. Berkompetisi dengan terus beribadah kepada Allah sesuai dengan kemampuan
kita dan terus menebar kepeduliaan kepada sesama.
Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan dan tidak jelasnya sumber yang diberikan dalam penulisan Makalah diatas, karena penulis hanya seorang pelajar yang bukan ahli agama
bagus mbk.. tapi hadits ya kurang di perjelas
ReplyDeleteMakasi masukannya :) (y)
ReplyDeleteBermanfaat sekali sist.. Makasih ya :)
ReplyDeleteItu yang pengertian dari surah Al Baqarah ayat 148 , benar itu dalam kemewahan?
ReplyDelete*ralat pengertian maksudnya
ReplyDeleteYang penjelasannya setelah ayat itu lagi
ReplyDeleteMohon di cek ulang sebelum di publish mbakk!
ReplyDelete